Sunday, 11 May 2008

Menjaga Lestarinya Kalimantan

ProLH Kalimantan dan Proses Pembangunan

WAJAH Sadhuarjono menampakkan keceriaan sekaligus kekecewaan. Iagembira, karena desanya akan mendapat kunjungan "orang-orang penting" dari pusat, yakni rombongan Komisi X DPR RI, peserta kursus Lemhanas, dan tim ProLH Kalimantan. Sedangkan yang menjadi pemicu kekecewaannya adalah kedatangan tim ProLH Kalimantan yang selain tidak sesuai dengan jadwal, juga telah mengacaukan persiapan yang ada.

Barangkali karena hal itulah, rombongan ProLH Kalimantan terdiri dari Atase Pers Kedubes Jerman di Jakarta dan beberapa wakil ProLH Kalimantan - sempat "ditahan" di pintu gerbang masuk desa. Di situSadhu tanpa ba-bi-bu memuntahkan kekecewaannya. Tapi entah kenapa, "penolakan" Sadhu berubah menjadi sambutan hangat, begitu tahu ada tiga wartawan ibu kota ikut menyertai kunjungan tim ProLH Kalimantan itu ke desanya, Bangkal, Kecamatan Danau Sembulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalsel.

Barangkali karena kepentingan ingin menyampaikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai desanya itulah Sadhu - yang kini menjadi Lurah desa Bangkal itu - lalu berubah menjadi ramah kepada tamunya. Maklum, isu menjaga kelestarian lingkungan kini menjadi perbincangan hangat di kalangan para pejabat, setidaknya di wilayah Kotim.

Tak heran pula, kalau Sadhu ingin mempublikasikan ke luar kenyataan bahwa kesadaran warga tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan semakin terbina. Apalagi yang dihadapinya kini adalah tim ProLH Kalimantan, yang selama ini menjadi sponsor utama program penyadaran kelestarian lingkungan. Di sini cerita keberhasilan menjadi amat penting.
***
DESA Bangkal terletak di tepi Danau Sembulu, kurang lebih 76 km dari Sampit, ibu kota Kabupaten Dati II Kotawarigin Timur. Meski bisa dibilang sangat udik - karena jauh dari pusat kota dan terletak jauh di pelosok pedalaman - Desa Bangkal populer di kalangan masyarakatKotim. Selain keindahan panorama alamnya saat menjelang matahari terbenam di batas ufuk Danau Sembulu, Desa Bangkal juga dikenal sebagai semacam "pelabuhan" tempat diselenggarakannya lelang ikan. Dari danau Sembululah kebutuhan konsumsi ikan bagi seluruh warga Kotim
dipenuhi.

Desa Bangkal termasuk salah satu sasaran proyek penyadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang kini dilakukan ProLH Kalimantan. Proyek ini lahir dari kerja sama teknis bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Federal Jerman yang tujuannya mengembangkan sumber daya manusia dan kelembagaan dalam bidang lingkungan hidup.

Proyek yang bernilai sekitar 8,7 juta DM ini dilaksanakan melaluiKantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Pemerintah Indonesia dan badan kerja sama teknis Republik Federal Jerman atau GTZ (Deutsche Gessellschaft fuer Technische Zusammen-arbeit). Berlangsung sejakbulan April 1991 di seluruh propinsi di Kalimantan, ProLH kini telah melibatkan 115 tenaga ahli dari kedua negara.

Pada setiap kegiatannya, ProLH selalu melibatkan tiga pihak, yakni pemerintah (sebagai instansi pembuat keputusan dan yang melakukan pengawasan terhadap masalah-masalah lingkungan hidup), pengusaha swasta (sebagai pelaksana kegiatan yang berhubungan langsung denganLH), dan LSM yang bertindak sebagai perantara hubungan pemerintah-swasta. Sebagai proyek pengembangan kelembagaan dan SDM dalam bidang LH, ProLH Kalimantan selalu berjalan melalui sejumlah tahap.

Tahap pertama (1991-1994), proyek dilaksanakan dengan memberi fokus perhatian pada penyelenggaraan pelatihan pengelolaan LH bagi 79 orang utusan ketiga instansi (pemerintah, swasta, dan LSM) dari seluruh Kalimantan. Tahap kedua (1994-1997) memfokuskan diri padapengembangan kelembagaan LH serta melakukan praktek uji coba sebuah sistem baru dalam pengelolaan LH yakni SEMS (spatial environmental management system, sistem pengelolaan LH wilayah).

Ada kesamaan antara ProLH fase pertama dan kedua, yakni keduanya ingin merintis sesuatu. Yang pertama telah berusaha merintis pembangunan SDM dan sistem dalam manajemen LH, sedangkan yang kedua berupaya menumbuhkan kapasitas masyarakat dalam melakukan analisis mengenai dampak lingkungan regional.

Pada tahap kedua ini, ProLH ingin menepis anggapan salah bahwa masalah LH merupakan urusan MenLH dan Bapedal. Masalah lingkungan hidup adalah masalah umat manusia, masalah kita semua. Sekali kita berbuat salah dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka implikasipraktisnya akan mengenai seluruh keturunan kita.

Tak heran pada setiap kesempatan bertemu dengan para pejabat pemerintah di Propinsi Kalsel dan Kalteng, Atase Pers Kedubes Jerman di Jakarta Dieter Lamle menegaskan, LH adalah masalah global yang tidak membutuhkan visa atau mengenal batas-batas regional. "Tekad besar untuk membicarakan secara terbuka dan ilmiah tentang setiap masalah LH merupakan bentuk konkret tanggung jawab kita terhadap generasi kita selanjutnya," kata ayah dari empat anak.
***
MENGAPA Desa Bangkal menarik perhatian ProLH Kalimantan? Menurut Penasihat Pengembangan Kelembagaan LH, yang sekaligus anggota tim GTZ Kantor Palangkaraya Ny Dra Emma Wibowo, pilihan proyek jatuh ke Desa Bangkal, karena desa ini memiliki potensi pariwisata yang layak dijual. Selain keindahan Danau Sembulu yang menyuguhkan keindahan panorama matahari terbenam dan wisata perahu, di desa itu juga banyak ditemukan sandung-sandung, tempat penyimpanan abu jenazah leluhur.

Tegasnya, fokus perhatian ProLH Kalimantan di desa Bangkal tak lain adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan warga desa tersebut agar dalam upaya membangun industri pariwisata di Danau Sembulu itu tidak meninggalkan kelestarian lingkungan.

Demi kepentingan kelestarian lingkungan hidup di Danau Sembulu dan upaya "mengamankan" sandung-sandung yang tak ternilai harganya itu, ProLH Kalimantan sangat berkepentingan dengan Desa Bangkal. Juga tak berlebihan pula menyebut demi kepentingan yang sama itu pula Atase Pers Kedubes Jerman Dieter Lamle atas nama Pemerintah Jerman rela mengunjungi desa terpencil yang jauhnya hampir 3,5 jam dari Ibukota Propinsi Kalteng Palangkaraya.

Rupanya yang berkepentingan dengan itu bukan hanya ProLH Kalimantan atau Lurah Sadhuarjono dan tetua adat, tapi juga Bupati Kepala Dati II Kotim Kol Didik Salmijardi. Tak kurang Didik menyebut Danau Sembulu sebagai proyek percontohan pembangunan wisata bahari yang berwawasan lingkungan. "Tekad kami, mempertahankan pembangunan kawasan ini, tetapi tetap berwawasan lingkungan," katanya yakin, saat menerima rombongan ProLH Kalimantan di kantornya, Rabu (24/7).

Didik memang tidak berlebihan. Sejak masih muda, demikian menurut pengakuannya, ia memang telah biasa dididik oleh orangtuanya untuk mencintai ketertiban dan kebersihan. Sejak itulah ia jadi cinta padalingkungan yang bersih. Dan juga tak heran pula kalau sebagai seorang pejabat pun obsesi itu masih hidup menggelora. "Kebersihan adalah pangkal dari segala kedisiplinan. Kalau kita tidak bersih dan rapi, itu petunjuk praktis bahwa kita sendiri tidak bisa disiplin," katanya yakin.

Barangkali karena berlatarbelakang cinta kebersihan dan kedisiplinan itulah, Didik menyambut baik kegiatan ProLH Kalimantan di Desa Bangkal yang menjadi wilayah kekua-saannya. Sekalipun tahu bahwa hasil proyek ProLH Kalimantan di sekitar Danau Sembulu itu tak kasat mata - karena lebih bersentuhan dengan mutu SDM warga setempat semata - Didik tetap menilai, kehadiran ProLH Kalimantan sebagai counterpart yang diandalkan. "Masalahnya bukan terletak pada soal tampak tidaknya hasil program itu. Yang lebih penting dari semua itu tentu saja adalah semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup di sekitarnya," tegasnya.

Justru karena itu, baik tim ProLH maupun Didik tetap berjiwa besar, sekalipun hingga saat ini hasil fisik dari kegiatan proyek itu belum terlalu menampakkan hasilnya. Tapi, lagi-lagi ini soal proyek pembangunan mentalitas orang yang tak pernah kasat mata. "Dan ini lain sama sekali dengan proyek-proyek lainnya yang mementingkan hasil fisik. Ini lebih mementingkan proses," tegas Emma Wibowo. (Mathias Hariyadi)

Written and posted by Mathias Hariyadi
Source:Database Kliping MATHIAS HARIYADI
203.130.222.210
ProLH Kalimantan dan Proses Pembangunan SDM
KOMPAS - Kamis, 08 Aug 1996 Halaman: 22
Penulis: HARIYADI, MATHIAS
Ukuran: 8406

No comments: