Wednesday 9 May 2012

Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Hasil Hibah Warga Setempat (5)

DARI mana munculnya sejarah hingga Taman Maria Giri Wening di Wilayah Gerejani Sengon Kerep di Paroki Wedi itu berasal? Awal mulanya adalah keluarga orangtua Bruder Y. Yuwono SCJ yang ingin membagi warisan kepada anak-anaknya.

Nah, kebetulan sekali kedua anak pasangan katolik ini sama-sama anggota Kongregasi SCJ yakni Bruder Y. Yuwono SCJ sendiri dan adiknya yang waktu itu masih berstatus sebagai frater skolastik SCJ.

Singkat cerita, Bruder Y. Yuwono juga mendapat bagian tanah warisan peninggalan orangtuanya. Namun karena menjadi seorang rohaniwan SCJ, Bruder Yuwono tak mungkin mengurusi warisan tanah peninggalan orangtuanya itu. Begitu pula Kongregasi SCJ juga tak mampu mengurusi hal-hal seperti itu.
Akhirnya, munculah gagasan akan dibuat semacam taman berdoa. Diberi nama “Taman Maria” lantaran di taman ini berdiri patung Bunda Maria.

Donatur
Gayung pun bersambut. Seorang donatur dari Solo merespon baik gagasan tersebut dan berminat mendukung  dalam pembiayaan prasarana tempat berdoa ini. Ternyata sambutan masyarakat setempat juga tak kalah ‘heboh’nya. Intinya, mereka senang  bisa mewujudkan taman berdoa, termasuk pembuatan patung Hati Kudus Yesus yang idenya baru muncul belakangan.
Respon masyarakat setempat menjadi nyata, ketika mereka komit udhu bahu (sumbang tenaga) membangun taman berdoa ini.

Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Hasil Hibah Warga Setempat (5)Harapan bahwa taman berdoa ini akan ramai dikunjungi para peziarah makin besar, apalagi tak jarang peziarah luar kota yang mendatangi Sendang Sriningsih di Jali juga tak mau melewatkan berdoa di taman berdoa relatif baru ini.

Akhir-akhir ini, pelayanan Sakramen Ekaristi yang semula hanya sebulan sekali menjadi lebih intensif yakni sepekan sekali. Umat katolik setempat makin semangat dengan fenomena ini.
Belum lagi, masyarakat setempat yang non kristiani juga mendapatkan ‘berkat’ berlimpah karena bisa berjualan atau jasa mengantar tamu.

Photo credit: 
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep (Hidup & www.lingkunganthomasrasul.blogspot.com)

Ditulis oleh Romo Yohanes Samiran SCJ dan muncul dalam publikasi di www.sesawi.net seperti link ini.
 

Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (2)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)
Sejarah dan Lokasi Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Wedi (4)

Sejarah dan Lokasi Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Wedi (4)

DIMANA persisnya Sengon Kerep itu? Bagi umat katolik di Paroki Wedi, nama Sengon Kerep memang  kurang akrab di telinga, lantaran saking jauhnya dari “pusat kota” di Kecamatan Wedi.

Sekalipun demikian, Sengon Kerep yang terletak di wilayah garis perbukitan Pegunungan Seribu di Gunung Kidul ini telah lama eksis sejak tahun 1970-an. Itu dirintis, ketika beberapa umat di situ mendapatkan reksa pastoral dan rohani dari para romo Paroki Wedi.

Pecahan Wilayah Mawen
Dirintis awal oleh almarhum Mbak Kirno dan Mbah Harjo –keduanya katekis dari Wilayah Mawen– tahun 1970-an, Sengon Kerep akhirnya menyandang predikat sebagai wilayah mandiri. Kini, di Wilayah Sengon Kerep ada setidaknya 32 KK sekitar 120-an orang umat katolik.

Kapel sederhana Sengon Kerep sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Yang kini tengah dibangun berupa areal Taman Maria Giri Wening itu bukan termasuk kategori “gereja” atau “tempat ibadat”.

Taman doa
Kata sumber Sesawi.Net di Paroki Wedi,  yang ada hanyalah semacam taman asri dengan ornamen-ornamen ukiran pada batu yang menggambarkan Bunda Maria menggendong bayi Yesus. “Jadi, fungsi utamanya lebih sebagai perangkat pendukung suasana orang berdoa, karena kapel sudah berdiri sejak lama,” tuturnya.

Mayoritas penduduk sekitar bermatapencaharian sebagai buruh tani, tukang. Dulu, ketika masih banyak kayu bakar di hamparan perbukitan Pegungan Seribu di Gunung Kidul tak jauh dari Gunung Jambu,  penduduk lokal sekitar Sengon Kerep seperti Teluk, Sampang dan lainnya suka membawa bongkahan kayu-kayu bakar untuk  kemudian dipasarkan di sepanjang jalan utama antara Kecamatan Wedi dan Pasar Wedi.
Menuju Sengon Kerep
Jalan paling nyaman dan enak menuju Sengon Kerep adalah dari Pertigaan Bendo Gantungan, Klaten. Kalau dari arah Timur (Solo), maka Bendo Gantungan terletak kurang lebih 300 meter selepas RSUD Soeradji Tirtonegoro atau lebih populer disebut RS Tegalyoso Klaten  (posisi di kanan jalan).  Kalau dari arah Barat (Yogya, Prambanan), maka Pertigaan Bendo Gantungan terletak kurang lebih 5 km setelah Pabrik Gula Gondang Winangun (posisi di kiri jalan).

Pertigaan Bendo Gantungan itu sendiri dulunya dikenal sebagai stansplat (terminal) bus, meski jejaknya kian pudar karena kini terminal kecil bus ini lebih banyak diisi dokar dan becak. Namun, awak-awak bus antarkota dan dalam kota masih mengakrabi Bendo Gantungan sebagai terminal bus ukuran mini.

Dari Pertigaan Bendo Gantungan, ambil jurusan arah ke Kecamatan Wedi. Kalau dari arah Timur, berarti belok ke kiri; sementara dari arah Barat, ambil belokan ke arah kanan. Ikuti lurus jalan kabupaten yang merupakan akses utama dari Klaten menuju Wedi ini. Abaikan pertigaan besar yang bercabang dua: kalau ke kiri arah Depo –pusat latihan tempur Rindam Kodam Diponegoro; sementara ke kanan adalah jalan yang benar menuju arah Kecamatan Wedi.

Nanti akan melewati RS Jiwa Koloni (posisi di kiri jalan) dan sebentar kemudian akan memasuki kota kecil Kecamatan Wedi.

Selepas jembatan besar Kali Wedi, maka kita akan menuju “pusat kota” Wedi yakni Tugu, Kecamatan Wedi, Pasar Wedi dan akhirnya kompleks panjang PTP Perkebunan Tembakau –dulu bernama PPN–.  Gereja Wedi ada di ujung jalan masuk ke arah kanan selepas Pasar Wedi dan berseberangan dengan SD Kanisius II Susteran dan Kompleks Susteran Abdi Kristus Wedi.

Akses menuju Sengon Kerep menempuh jalur lurus arah Canan – Pesu – Mawen – Teluk – Jogoprayan, hingga akhirnya sampailah ke Gunung Tumpang, Kelurahan Sampang. Masih perlu sedikitnya 2.5 km lagi menaiki jalan menanjak  untuk sampai ke Sengon Kerep.

Secara administratif pemerintahan, Sengon Kerep masuk wilayah Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Namun secara reksa pastoral gerejani, Wilayah Sengon Kerep masuk masuk wilayah Paroki Wedi. Nah, Paroki Wedi itu sendiri termasuk wilayah administratif Kabupaten Klaten.

Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr (Keuskupan Agung Semarang)
Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (2)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)

Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)

SITUASI di sekitar Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi-Klaten kini berangsur semakin kondusif. Menurut sumber Sesawi.Net di lapangan, sejumlah aparat keamanan dibantu dengan teman-teman Banser dari NU masih tetap berjaga di lokasi. Namun secara keseluruhan, situasinya tenang dan kehidupan berjalan normal seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
“Situasinya aman dan terkendali,” ungkap warga setempat asli Gayamharjo, tak jauh dari Jali, Sendangsriningsih ini kepada Sesawi.Net, Selasa (8/5) malam.

Menurut dia, tidak benar bahwa Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep  telah disegel sebagaimana berita yang sempat beredar sebelumnya. Memang ada garis polisi dipasang di akses utama menuju lokasi. Namun itu tidak mengartikan telah terjadi penyegelan oleh aparat yang berwenang di Kabupaten Gunung Kidul.
“Proses mendapatkan izin secara tertulis masih terus berjalan,” tulis sumber Sesawi.Net yang tidak ingin disebut namanya.

Jangan lakukan kekerasan
Menyimak kejadian di Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep sepanjang hari Minggu (6/5) lalu, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta dengan tegas mengatakan, seluruh umat katolik dilarang melakukan kekerasan. Selain tidak sesuai dengan semangat kristiani sejati yang cinta perdamaian dan persaudaraan, kekerasan apa pun juga tidak akan menyelesaikan masalah.

“Pokoknya, jangan membalas kekerasan dengan kekerasan,” tulis Mgr. Johannes Pujasumarta Pr dalam blog pribadi beliau.

Sejarah singkat  Sengon Kerep
Dimana persisnya Sengon Kerep itu? Bagi umat katolik di Paroki Wedi, nama Sengon Kerep memang  kurang akrab di telinga, lantaran saking jauhnya dari “pusat kota” di Kecamatan Wedi. Sekalipun demikian, Sengon Kerep yang terletak di wilayah garis perbukitan Pegunungan Seribu di Gunung Kidul ini telah lama eksis sejak tahun 1970-an, ketika beberapa umat di situ mendapatkan reksa pastoral dan rohani dari para romo Paroki Wedi.
 
Dirintis awal oleh almarhum Mbak Kirno dan Mbah Harjo –keduanya katekis dari Wilayah Mawen– tahun 1970-an, Sengon Kerep akhirnya menyandang predikat sebagai wilayah mandiri. Kini, di Wilayah Sengon Kerep ada setidaknya 32 KK sekitar 120-an orang umat katolik.

Kapel sederhana Sengon Kerep sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Yang kini tengah dibangun berupa areal Taman Maria Giri Wening itu bukan termasuk kategori “gereja” atau “tempat ibadat”.

Kata sumber Sesawi.Net di Paroki Wedi,  yang ada hanyalah semacam taman asri dengan ornamen-ornamen ukiran pada batu yang menggambarkan Bunda Maria menggendong bayi Yesus. “Jadi, fungsi utamanya lebih sebagai perangkat pendukung suasana orang berdoa, karena kapel sudah berdiri sejak lama,” tuturnya.

Mayoritas penduduk sekitar bermatapencaharian sebagai buruh tani, tukang. Dulu, ketika masih banyak kayu bakar di hamparan perbukitan Pegungan Seribu di Gunung Kidul tak jauh dari Gunung Jambu,  penduduk lokal sekitar Sengon Kerep seperti Teluk, Sampang dan lainnya suka membawa bongkahan kayu-kayu bakar untuk  kemudian dipasarkan di sepanjang jalan utama antara Kecamatan Wedi dan Pasar Wedi.

Menuju Sengon Kerep
Jalan paling nyaman dan enak menuju Sengon Kerep adalah dari Pertigaan Bendo Gantungan, Klaten. Kalau dari arah Timur (Solo), maka Bendo Gantungan terletak kurang lebih 300 meter selepas RSUD Soeradji Tirtonegoro atau lebih populer disebut RS Tegalyoso Klaten  (posisi di kanan jalan).  Kalau dari arah Barat (Yogya, Prambanan), maka Pertigaan Bendo Gantungan terletak kurang lebih 5 km setelah Pabrik Gula Gondang Winangun (posisi di kiri jalan).

Pertigaan Bendo Gantungan itu sendiri dulunya dikenal sebagai stansplat (terminal) bus, meski jejaknya kian pudar karena kini terminal kecil bus ini lebih banyak diisi dokar dan becak. Namun, awak-awak bus antarkota dan dalam kota masih mengakrabi Bendo Gantungan sebagai terminal bus ukuran mini.
Dari Pertigaan Bendo Gantungan, ambil jurusan arah ke Kecamatan Wedi. Kalau dari arah Timur, berarti belok ke kiri; sementara dari arah Barat, ambil belokan ke arah kanan. Ikuti lurus jalan kabupaten yang merupakan akses utama dari Klaten menuju Wedi ini. Abaikan pertigaan besar yang bercabang dua: kalau ke kiri arah Depo –pusat latihan tempur Rindam Kodam Diponegoro; sementara ke kanan adalah jalan yang benar menuju arah Kecamatan Wedi.

Nanti akan melewati RS Jiwa Koloni (posisi di kiri jalan) dan sebentar kemudian akan memasuki kota kecil Kecamatan Wedi.

Selepas jembatan besar Kali Wedi, maka kita akan menuju “pusat kota” Wedi yakni Tugu, Kecamatan Wedi, Pasar Wedi dan akhirnya kompleks panjang PTP Perkebunan Tembakau –dulu bernama PPN–.  Gereja Wedi ada di ujung jalan masuk ke arah kanan selepas Pasar Wedi dan berseberangan dengan SD Kanisius II Susteran dan Kompleks Susteran Abdi Kristus Wedi.

Akses menuju Sengon Kerep menempuh jalur lurus arah Canan – Pesu – Mawen – Teluk – Jogoprayan, hingga akhirnya sampailah ke Gunung Tumpang, Kelurahan Sampang. Masih perlu sedikitnya 2.5 km lagi menaiki jalan menanjak  untuk sampai ke Sengon Kerep.

Secara administratif pemerintahan, Sengon Kerep masuk wilayah Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Namun secara reksa pastoral gerejani, Wilayah Sengon Kerep masuk masuk wilayah Paroki Wedi. Nah, Paroki Wedi itu sendiri termasuk wilayah administratif Kabupaten Klaten.

Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr, Sketasa  Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep (Keuskupan Agung Semarang, Panitia Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep)
Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)

Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (2)

AKSI protes massa terhadap proses pembangunan Gua Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul itu bermula ketika ada rombongan massa yang baru saja melakukan tablig akbar di sebuah lokasi tak jauh dari gua. Sepulang dari acara ini, mereka melanjutkan perjalanan menuju Gua Maria untuk mempertanyakan proses perizinan pembangunan  yang menurut mereka “cacat hukum”.

Sempat terjadi aksi dorong-mendorong antara massa dengan ratusan aparat kemananan terdiri dari polisi dan tentara serta Satpol PP di mulut akses jalan menuju lokasi gua. Sejumlah perwakilan dari massa pemrotes akhirnya diizinkan bertemu dengan perwakilan Muspida Kab. Gunung Kidul untuk mengutarakan isi protesnya.


Sebelumnnya, massa yang menyebut diri sebagai Forum Masyarakat Sampang telah mendatangi DPRD Kabupaten Gunung Kidul untuk menyuarakan nota protes dan keberatan atas rencana pembangunan tempat ziarah ini. Alasan mereka, belum ada izin resmi “turun” melegalkan proses pembangunan tempat ziarah ini.

Tempat berdoa
Massa memprotes, karena izin diberikan hanya untuk peruntukan taman peziarahan dan bukan tempat beribadat berupa gereja.

Catatan perjalanan Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr menunjukkan, beliau pernah berkesempatan mengunjungi lokasi Taman Maria “Wahyu Ibuku” Giri Wening hari Jumat tanggal 2 Maret 2012.

“Taman Maria tersebut menempel pada bongkahan batu yang membujur sepanjang 4 km yang biasa disebut Watu Gedhek. Lokasinya terletak di Dukuh Sengon Kerep, Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul, DIY. Berdiri kokoh di lintasan jaringan Pegunungan Seribu antara Kabupaten Klaten dan Gunung Kidul. Taman Maria tersebut berada dalam reksa pastoral Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi di Klaten Selatan,” tulis Mgr. Pujasumarta dalam blog pribadinya. (Bersambung)

Photo credit & Source:  http://giriwening.wordpress.com, http://pujasumarta.multiply.com


Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)
Sejarah dan Lokasi Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Wedi (4)

Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)

SUDAH lebih dari 30 tahun lamanya, umat katolik Wilayah Sengon Kerep di wilayah perbatasan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Gunung Kidul  selalu mendapatkan pelayanan pastoral dari para pastur yang berkarya di Paroki Santa Perawan Maria (SPM) Bunda Kristus di Wedi, Klaten Selatan. Sejak Paroki Wedi dipegang oleh almarhum Romo Santo Seputra Pr bersama almarhum Romo Tjokroatmadja Pr tahun 1970-an, nama Sengon Kerep selalu disebut dalam pengumuman mingguan di Gereja menjelang berakhirnya ekaristi.

Intinya satu, ada hari-hari tertentu dimana kedua Romo tersebut pergi melesat dari Pasturan Wedi ke arah Selatan,  lalu kemudian ke arah Timur dan kemudian mengikuti tanjakan menuju kawasan Perbukitan Seribu. Mereka berdua datang melakukan pelayanan rohani dan pastoral kepada umat katolik setempat.

Sengon Kerep waktu itu memang masih “dunia antah berantah” untuk saya. Membayangkan lokasinya pun saya juga belum sanggup, apalagi di tahun-tahun 1970-an sepeda motor masih amat langka. Kedua pastur Paroki Wedi waktu itu yakni Romo Santo Seputra Pr dan Tjokroatmadja Pr mau tak mau harus naik kuda besi  zaman itu. Setelah bertahun-tahun naik kuda besi made in Amerika, belakangan kedua pastur ini beralih ke kuda besi buatan Jepang: Honda 90 C dan Honda CB 100.

Pelayanan pastoral kepada umat di Wilayah Sengon Kerep terus berlanjut dan dilakukan oleh Romo A. Hantoro Pr, Romo Harjoyo Pr, Romo Murdisusanto Pr, Romo Y. Sukardi Pr, almarhum Romo Priyambono Pr, Romo Saryanto, Romo Purwatma Pr, Romo Subagya Pr, Romo Mantoro dan akhirnya sekarang Romo Bambang Triantoro Pr bersama Romo Juned Pr.

Keheningan yang terusik
Secara geografis dan administratif pemerintahan, Wilayah  Sengon Kerep masuk wilayah Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Namun secara administratif gerejani, stasi yang bertengger di  kaki Perbukitan Gunung Seribu di Dusun Sampang, Kecamatan Gedangsari ini malah termasuk wilayah pengelolaan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi. Padahal, Kecamatan Wedi masuk wilayah administratif Kabupaten Klaten.
Dusun Sengon Kerep yang selama ini tenang, tiba-tiba saja Minggu (6/5) mendadak heboh . Itu terjadi lantaran kehadiran ratusan orang dari berbagai elemen yang datang “mampir” ke Sengon Kerep dengan maksud menyampaikan protes terhadap proses pembangunan Gua Maria Wahyu IbuKu Giri Wening yang kini masih berjalan. Intinya, suara kaum pemrotes itu bermuara pada pertanyaan mengenai izin pendirian tempat ibadah alias IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dengan peruntukan rumah ibadah alias gereja.

Dirintis pembangunannya sejak 16 September tahun 2009,  terbentuknya Gua Maria Wahyu IbuKu Giri Wening yang berlokasi di Dusun Sengon Kerep, Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kab. Gunung Kidul dimulai dengan aksi babat alas. Diawali dengan ide mulia dari kedua bersaudara Y. Suroyo dan R. Pambudi –keduanya umat katolik lokal— proses babat alas itu dilakukan guna menyiapkan misa perdana di lokasi.

Tanggal 6 November 2009 akhirnya berlangsunglah misa perdana di lokasi gua dimana dua imam dari Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) berkenan memimpin ekaristi. Mereka adalah Romo YR Susanto SCJ dan Romo G. Zwaard SCJ.

Langkah kedua adalah mengganti patung Bunda Maria yang semula hanya berdiri setinggi 30 cm dengan ukiran batu setinggi 2 meter  menempel pada batu besar seberat kurang lebih 3 ton. Karena menempel kuat di jaringan bebatuan sesuai tekstur wilayah di situ, kawasan perbukitan ini lantas akrab disebut Watu Gedhek.

Bunda Maria diukir di atas permukaan batu sembari menggendong puteranya.  “Tempatnya sunyi dan hening,” kata Binuko, umat Stasi Gayamharjo Paroki Wedi kepada Sesawi.Net, Senin (7/5) malam. (Bersambung)

Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr (tengah) bersama kedua umat katolik Sengon Kerep (Keuskupan Agung Semarang)


Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (2)
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)
Sejarah dan Lokasi Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Wedi (4)

Pengobatan Romo Loogman di Gereja Pandu Bandung, 11-12 Mei 2012

DARI Romo Swibaktata MSC –salah satu pewaris  “ilmu” pengobatan alternatif ala Alm. Romo Loogman MSC – kami mendapat kabar, kalau praktik pengobatan alternatif ini akan diadakan di wilayah Bandung akhir pekan ini.

Lokasinya  pengobatan akan berlangsung di Gereja Pandu Bandung yang berada di kawasan Pajajaran. Direncanakan mulai hari Jumat sampai Sabtu, tanggal 11-12 Mei 2012.

Dimulai dari pukul 08.00-13.00 WIB.

Nomor kontak
Pendaftaran bisa dilakukan dengan menghubungi Pak Purnomo di HP nomor 0816 42 04 741.

Menurut Romo Swi MSC kepada Sesawi.Net hari Rabu (9/5) pagi, praktik pengobatan alternative dengan metode radhiesthesi ini akan dilakukan oleh Romo Swi sendiri bersama timnya yakni Romo T. Wignyo MSC, Ny. Haryanti, Ny. Wawa, Dr. Henky.

Diharapkan tim Bogor juga bergabung dalam praktik pengobatan ini yakni Ny. Lilian, Dr. Edwin.

Menurut Romo Swi MSC, praktik pengobatan alternatif dengan metode radhiestesi ini dilakukan hanya 2 bulan sekali.

Alamat resmi pengelola praktik pengobatan alternatif metode radhiestesi adalah Pengobatan Romo Loogman, Jl. Sudirman 9, Purworejo, Kedu 54114, Jawa Tengah.

RIP: Romo Jacky Tumurang MSC Serangan Jantung di Singapura

DARI sebuah milis katolik muncul berita duka, Rabu (9/5) siang ini.
Romo Jacky Tumurang MSC — Kongregasi Misionaris Hati Kudus (MSC)– dikabarkan terkena serangan jantung di Singapura dan meninggal dunia.

Hingga berita pendek ini kami rilis, belum jelas bagaimana dan kapan jenazah almarhum Romo Jacky MSC ini akan dibawa ke tanahair dan dimakamkan dimana.
Menurut Romo Markus Marlon MSC, almarhum terakhir bertugas pastoral di wilayah Keuskupan Purwokerto di Gereja Paroki St. Yoseph sebagai romo pembantu.

Rilis yang disampaikan Provinsialat MSC di Purworejo  oleh Romo T. Siswanto MSC menyebutkan, kalau almarhum meninggal dunia di Singapura karena serangan jantung hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 pada pukul 13.30 waktu setempat.

Beliau meninggal saat bersama-sama dengan para kolega romo-romo MSC Komunitas Wilayah Tengah Keuskupan Purwokerto.

Semalam, kata Romo T. Siswanto, almarhum sempat mengeluh sakit masuk angin. Tadi pagi, almarhum masih gegap gempita berkisah ngalor-ngidul bersama para kolega romo MSC.
RIP: Romo Jacky Tumurang MSC Serangan Jantung di Singapura 
Jenazah almarhum Romo Jacky hingga petang ini masih ada di Singapura. Proses administrasi pemulangan jenazah sedang diupayakan.

Bila semua beres dan bisa dibawa ke Tanahair, para kolega romo MSC akan menjemput jenazah di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng untuk kemudian dibawa dengan ambulans menuju ke Purwokerto.
Untuk sementara, direncanakan pemakaman akan berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 12 Mei 2012.

 
Turut berdoa,
 
T. Siswanto MSC
Jl. Jend. Sudirman No 9
Purworejo 54114

Photo credit: Alm. Romo Jacky Tumurang MSC (Dok. Keuskupan Purwokerto)

Friday 4 May 2012

Mari Kenali Cara Pastur Gadungan Memperdayai Korbannya (3)

KEJADIANNYA sudah berulang kali. Pastur-pastur gadungan dengan niat jahat ingin memperdaya korban guna menguras habis harta simpanannya berbentuk uang dan perhiasan. Namun, untuk kesekian kalinya pula umat katolik di beberapa gereja di Jakarta tak luput dari upaya kejahatan yang memanfaatkan kelengahan orang dan kemampuan menghipnosis orang lain.

Guna menangkal peluang tindak kejahatan yang mengambil lokasi ‘sakral’ seperti di Gua Maria, lingkungan pasturan, areal parkir gereja, dan semacamnya itu, mari kita waspada agar kita jangan menjadi korban berikutnya.

Mari kita kenali dulu langkah-langkah metode tipu daya yang sudah sering dipraktikan para penjahat yang menyaru diri sebagai pastur gadungan itu.
  1. Sasaran korban yang ingin dijebak adalah mereka yang tengah galau hatinya. Kalau hati sedang galau atau tidak tenang, biasanya umat dengan gampang akan melakukan ‘ritual’ doa khusus tambahan –usai misa di gereja—dengan mampir sejenak di Gua Maria. Tujuannya untuk menyampaikan doa-doa khusus. Bila demikian, jangan ‘pergi’ berdoa sendirian, melainkan ajak anggota keluarga sebagai ‘tameng’ kalau-kalau datang penjahat yang ingin memperdaya kita;                   
  2. Jangan hiraukan sapaan hangat atau tepukan fisik dari orang yang tidak kita kenal. Apalagi kalau kemudian, ‘orang asing’ itu menyapa kita dan mengenalkan dirinya sebagai romo. Agak aneh terdengar kalau ada orang asing dengan gampangnya mengklaim diri sebagai romo dan itu dia lakukan dihadapan umat parokinya sendiri. Mestinya, sudah diandaikan umatnya tahu siapa nama dan tampang pastur parokinya sendiri. Lain halnya kalau calon korban yang menjadi mangsa para penjahat ini datang dari luar paroki;
  3. Lagi-lagi, ajaklah anggota keluarga kita kalau misalnya saja kita sudah berhasil diperdaya oleh romo palsu itu untuk melakukan sesi pertemuan berikutnya di luar kompleks gereja.  Setidaknya, dengan adanya anggota keluarga kita, maka kita mendapat ‘teman’ untuk mengobjektivasi diri (melakukan uji objektif atas tindak atau sikap kita dengan orang lain).
  4. Jangan sekali-kali mudah mengiyakan apa pun yang diminta dari romo gadungan ini semisal membawa harta simpanan berupa kotak perhiasan, buku tabungan, kartu ATM berikut pin-nya, kartu kredit dan semacamnya;
  5. Jangan terima apa pun makanan atau minuman dari orang yang tidak kita kenal. Salah-salah makanan-minuman tawaran itu sudah kena kontaminasi anasir-anasir obat bius yang membuat kita dalam sekejap limbung, ngantuk dan tidur pula berkepanjangan.
Langkah penting
Kalau sudah ada kejadian umat kita kena perangkap dan habis-habisan hartanya dikuras oleh penjahat yang menyaru diri sebagai romo, lalu tindakan apa yang mesti kita lakukan agar jangan sampai berulang kembali terhadap korban lainnya.  Berikut tips sederhana guna mengurangi risiko kejadian sama bisa  berulang kembali.
  1. Segera lapor kepada pastur paroki agar secara resmi pastur paroki bisa segera mengumumkan di mimbar gereja –misalnya saja katakanlah—sebaiknya umat jangan terlalu mudah percaya kalau ada ‘orang asing’ mengaku-aku sebagai imam. Toh, umat kebanyakan pasti kenal siapa romo parokinya. Bahkan kalau ada romo tamu yang mempersembahkan misa, sudah pasti romo tersebut akan memperkenalkan diri saat misa dan ketika keluar dari sankristi usai misa, jubah pun masih dia kenakanan saat bersilahturami dengan umat selesai misa.
  2. Laporkan kasus tindak kejahatan ini kepada kepolisian agar segera diproses secara hukum. Tentu kita harus memberikan kronologi secara lengkap dan jelas berikut ciri-ciri fisik para pelakunya. Tidak kalah penting tentu saja, memberikan nomor rekening bank pelaku kalau ‘pemerasan’ itu dilakukan dengan cara transfer.
  3. Kita harus sadar bahwa kegalauan hati tidak serta-merta bisa langsung “sembuh” oleh sapaan hangat, pendarasan doa-doa dan berkat pemberian ‘romo gadungan’ ini. Kegalauan hati harus kita sembuhkan mulai dari kita sendiri yang  berupaya “menyembuhkannya”. (Bersambung)
Photo credit: Ilustrasi
Artikel terkait:
Awas, Penipu Menyaru Pastur dengan Daya Hipnotis Berkeliaran di Gereja (2)

Awas, Penipu Menyaru Pastur dengan Daya Hipnotis Berkeliaran di Gereja (2)

TEKNIK penipuan macam ini biasanya berlanjut di luar areal gereja. Jadi areal Gereja menjadi lahan pertama untuk menjerat korban. Baru setelah itu, korban akan digarap lebih lanjut di luar kompleks gereja.

Mari kita kembali membahas kasus penipuan dengan modus operandi penjahat menyaru diri sebagai pastur gadungan itu.

Ketika jalinan emosional dengan calon korbanya sudah berhasil dirakit, maka kedua pastur gadungan itu kemudian melancarkan jurus maut penipuan berikutnya: membuat rencana pertemuan berikutnya, namun di luar kompleks gereja. Biasanya diadakan di sebuah tempat umum yang ramai. Kali ini, ibu yang menjadi korban ini dirayu agar mau datang di sebuah kompleks pertokoan di Buaran Plaza untuk sebuah ‘terapi’.

Mantera jurus rohani

Lagi-lagi, jurus rohani dimanfaatkan sebagai ‘mantera’ untuk memperdaya korban. Setelah bertemu dan ngobrol sana-sini, akhirnya si ibu diberkati –lazimnya imam memberkati umat—disertai doa Bapa Kami dan Salam Maria.

Selama ngobrol-ngobrol itulah, korban ditanyai apakah punya simpanan emas atau uang di bank atau brankas. Kalau ada, kata kedua penjahat itu, segera diambil untuk dibawa dalam sesi pertemuan berikutnya.
Mengapa arah pembicaraan dari yang “rohani” berubah menjadi “duniawi”? Itu teknik mengelabuhi orang saja.  Kata kedua penjahat itu, barang-barang berharga simpanan itu perlu dibawa untuk “diberkati”. Dan ini yang paling membuat manusia goyah iman: diimingi-imingi akan bisa dibuat berlipat ganda jumlahnya.

Singkat kata, akhirnya barang-barang simpanan berharga itu pun dibawa ke ruang publik dimana ketiga orang itu terlibat dalam sebuah perbincangan lebih lanjut. Ketika ibu korban dan seorang ‘romo gadungan’ itu pesan minuman di konter dan membayarnya, maka tak ayal kotak perhiasan dan uang yang sudah dicairkan secara tak sadar dititipkan kepada pastur gadungan satunya yang sengaja diam tak bergerak di meja makan.

Menjelang pulang, kembali kotak itu diserahkan lagi kepada korban dan malamnya barulah sadar ketika dia sudah kehilangan uang tak kurang Rp 100 juta.

Dua tahun lalu, modus operandi serupa juga terjadi di Gereja Santo Yosep Matraman, Jakarta Timur. Korbannya juga seorang perempuan bernama Niek yang masih terbilang saudara dekat anggota Redaksi Sesawi.Net. Korban baru sadar telah dikerjain  dua romo gadungan hampir 5 hari  pasca kejadian dia didoakan dan diberkati di depan Gua Maria dan berikutnya di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat
Ternyata, di Gereja Santo Yakobus Kelapa Gading, hal serupa juga pernah terjadi. Menurut umat setempat kepada Redaksi Sesawi.Net, pastur-pastur gadungan dengan modus operansi sama telah berhasil memperdaya dua korbanya dengan kerugian ratusan juta rupiah.

Di Gereja Santa Helena Karawaci –kata Romo Heri Kartono OSC—juga pernah terjadi kasus tindak pidana yang sama. Korbannya lagi-lagi kena tipu daya hingga ratusan juta melayang. (Bersambung)

Photo credit: ilustrasi
Artikel terkait:

Awas, Penjahat Nyaru Diri sebagai Pastur Gadungan dengan Hipnotis Berkeliaran di Gereja (1)
Mari Kenali Cara Pastur Gadungan Memperdayai Korbannya (3)

Awas, Penjahat Nyaru Diri sebagai Pastur Gadungan dengan Hipnotis Berkeliaran di Gereja (1

PENCURI dimana pun tak mengenal batas lokasi kejahatan. Tak terkecuali di gereja dan lingkungan sekitarnya. Kalau di situ bisa mendapatkan korban dengan mudah, maka tak ayal wilayah ‘sakral’ seperti gereja berikut lapangan parkir, gua Maria pun ikut disasar untuk memperdaya korbannya. Apalagi kalau disertai iming-iming bisa  dengan cepat mampu  menggaruk keuntungan hasil kejahatannya dengan sekali libas, maka jutaan rupiah siap berpindah tangan.

Kejahatan dengan modus operandi ‘baru’ sekaligus ‘jitu’ dengan cara menyaru diri (menyamar) sebagai romo (pastur) sudah berkali-kali terjadi di beberapa paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Yang terakhir terjadi di Gereja Paroki Santa Anna, Duren Sawit, Jakarta Timur, usai misa kedua hari Minggu (21/4) lalu.
Korbannya seorang ibu. Dia telah diperdaya melalui  ‘permainan pesona’ oleh komplotan penjahat yang semuanya menyaru diri sebagai romo (pastur). 

Mereka ini punya  daya kemampuan khusus mampu  ‘menggiring’ emosi korban hingga yang si ibu ini sampai dibuat percaya bahwa mereka itu benar-benar pastur. Baru ketika korban sudah dibuat ‘tak berdaya’ sekaligus ‘percaya’ bahwa mereka itu pastur, teknik berikutnya adalah menguras harta benda korban melalui kemampuan hipnotis.

Ketika Redaksi Sesawi.Net mencari informasi mengenai tindak kejahatan di lingkungan Gereja Paroki Santa Anna Duren Sawit,  Pastur Dedomau Djatmika da Gomez SJ langsung membenarkan hal itu. “Korban sudah melaporkan kasusnya kepada Romo Joseph (Pastur Kepala Paroki—red.),” ungkap Romo Dedomau SJ kepada Sesawi.Net,  Kamis (26/4) pagi.

Modus operandi   
Kejadiannya bermula di depan Gua Maria di areal gereja dimana ibu yang malang itu baru berdoa khusus, usai mengikuti misa kedua di hari Minggu lalu.  Ketika tengah khusuk berdoa di depan Gua Maria, korban tiba-tiba saja didatangi oleh seorang penjahat dan mengaku bernama Romo Wahyu.
Hebatnya lagi, penjahat dengan kedok menyaru diri sebagai "Romo Wahyu" ini mengaitkan dirinya sebagai asisten Romo Loogman MSC (almarhum). Sebagaimana diketahui masyarakat luas, almarhum Romo Loogman MSC di Purworejo (Jawa Tengah) memang  dikenal luas sebagai pastur dengan keahlian khusus di dunia supranatural yang lazim disebut ‘radhiestesia’.

Dengan ‘menjual’ nama besar mendiang Romo Loogman MSC yang sangat terkenal di dunia pengobatan alternatif ini, tak ayal ibu yang menjadi korban kejahatan ini langsung terkesiap. Apalagi ketika relung isi hatinya yang mungkin tengah galau bisa ‘dibaca’ oleh penjahat menyaru diri sebagai romo ini.
Perangkap telah dipasang dan ‘mangsa’ pun terjerat kena pengaruh ‘daya pikat’ berupa sapaan hangat.  Ibu itu mulai  ‘dikuasai’ emosinya oleh  penjahat yang kemudian menawarkan ‘jurus mautnya’ yang kedua yakni dengan mendoakan korban agar segera terbebaskan dari segala kegalauan. Juga memberkatinya lazimnya seorang romo.

Hebatnya lagi, romo gadungan itu kemudian memperkenalkan korban kepada jaringan komplotannya. Lagi-lagi, seorang romo lain yang sudah mengambil posisi di areal parkir gereja disodorkan oleh pelaku kejahatan pertama kepada korban. Kepada korban, lagi-lagi romo gadungan kedua ini langsung ‘main tembak’ : “Ibu sedang galau ya?”

Kontan saja, ketika isi hatinya “disapa’ dengan amat-amat ramah oleh kedua pastur gadungan itu, luluhlah seketika sang korban ketika diajak oleh kedua pastur gadungan itu untuk sebuah sesi pertemuan pribadi pada kesempatan lain.

Yang pasti, korban sudah masuk perangkap untuk kedua kalimya. (Bersambung)

Photo credit: ilustrasi
Artikel terkait:
Awas, Penipu Menyaru Pastur dengan Daya Hipnotis Berkeliaran di Gereja (2)
Mari Kenali Cara Pastur Gadungan Memperdayai Korbannya (3)