TANAH liat biasanya menimbulkan konotasi kotor, basah, dan hitam. Namun bagi perupa Astari Rasjid (46), benda ini justru menjadi barang mainan mengasyikkan sekaligus menyumbang inspirasi.
Olahan tangan Astari bisa mengubah seonggok tanah liat jadi sebuah patung torso menawan, menggemaskan, sekaligus punya ciri seni kental. Dan pameran seni instalasi long torso selama sebulan penuh di Galeri Padi, Bandung yang berakhir 10 Mei lalu menjadi medium Astari mengkomunikasikan refleksinya tentang fenomena artifisialisme manusia.
"Long torso adalah bagian penting busana kebaya. Itu biasa digunakan untuk membentuk definisi atas bentuk tubuh yang ramping, tegak, penuh wibawa dan agar penampilan pemakainya terlihat lebih cantik dan menggairahkan. Padahal untuk semua itu, perempuan tersebut harus menderita sesak napas," ungkapnya di studionya, Jumat (21/5) malam.
Tentu kerja serius buat Astari, karena ia harus mengolah tanah liat itu bersama bahan resin dengan bronze sebagai finishing-nya. Apa-lagi ia masih harus menambahnya dengan atribut-atribut lain. "Atribut menjadi bahasa metafora saya untuk mempertanyakan fungsi kebaya dan long torso yang bermuka dua: mempercantik penampilan tetapi sekaligus menyembunyikan identitas diri sebenarnya," jelasnya.
Kini Astari masih sibuk menciptakan patung-patung lain untuk memeriahkan pameran di Bentara Budaya Yogyakarta akhir bulan ini. Usai di Yogya, barulah dia akan membuat pameran tunggal di Bali dan berikutnya di Singapura menjelang pergantian milenium nanti.
(Mathias Hariyadi)
Published by Kompas, Sunday 23 May 1999
Photo credit: Kompas/Mathias Hariyadi
Source: Kompas Database Kliping MATHIAS HARIYADI
222.124.45.2
KOMPAS - Minggu, 23 May 1999
Halaman: 12
Penulis: RYI
Ukuran: 2107
No comments:
Post a Comment