MAU menyaksikan betapa modernnya Cina? Lihatlah Beijing.
Ibu Kota RRC tahun 1995 dan situasinya tahun 1999 ini sungguh dua pemandangan berbeda. Empat tahun silam, begitu mendarat di Bandar Udara Internasional Beijing, ratusan pengemis segera mengepung para penumpang. Pemandangan sangat berbeda--untuk tak menyebutnya kontras--terjadi Minggu (20/9) lalu. Tak satu pun pengemis kelihatan di lingkungan bandara dan sekitarnya. Yang terlihat menonjol justru pemandangan serba baru dan bersih. Minggu itu adalah hari pertama dioperasikannya bandara baru.
"Beijing sekarang sangat berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Sekarang di mana-mana macet, hal yang tak pernah saya jumpai dua tahun lalu ketika saya baru mulai bertugas di sini," ungkap Dubes RI untuk RRC, Letjen (Purn) Kuntara, kepada rombongan misi kesenian Indonesia dari Direktorat Kesenian Depdikbud. "Beijing kian rajin bersolek, mempercantik penampilannya," tambah mantan Komandan Jenderal Kopassus dan Panglima Kostrad ini.
Meski ditandai banyak kemacetan di sejumlah ruas jalan, Beijing tetap tertib dan aman. Tak ada aksi "main serobot" atau saling kejar antarbus kota untuk berebut penumpang seperti di Jakarta. Tetap macet, namun orang mau bersabar antre menunggu giliran. Menjelang usianya ke-50--terhitung sejak berdiri 1 Oktober 1949 atas maklumat Ketua Mao Zedong--banyak memang yang diselenggarakan di Beijing. Lihat saja pameran akbar dan terbesar sepanjang sejarah RRC yang hari-hari ini berlangsung di Beijing Exhibition Hall.
Selain sekilas fragmen-fragmen sejarah tempo doeloe RRC yang demikian kelabu sejak Perang Candu tahun 1839-1842 hingga awal berdirinya RRC tahun 1949, ekspo yang diikuti banyak negara ini juga menyuguhkan "peta" kekuatan Cina sekarang dan sejarah perkembangannya selama 50 tahun terakhir ini. Pameran teknologi senjata dan ruang angkasa ikut mendominasi ekspo ini.
"Kondisi sosial-ekonomi RRC kini semakin bertambah mantap. Situasi dulu dan kini ibarat Bumi dan langit," ungkap Jin Dong, warga Beijing, sembari memamerkan mulusnya kondisi ruas jalan bebas hambatan jalur sepanjang 80 km dari Beijing menuju Tembok Besar di Badaling, Beijing Barat.
Di sektor ekonomi ia mulai memberlakukan sistem ekonomi pasar. Petani tak lagi diorganisir dalam komune-komune, tetapi diberi hak mengolah lahan sendiri yang didistribusikan pemerintah. Dibukanya pintu bagi arus investasi modal asing memacu berdirinya gedung-gedung jangkung di kota-kota besar seperti di Beijing, Guangzhou, Shengzhou, Shenzhen, Shanghai, dan Wuhan. Kini, barang-barang konsumsi Barat merebak di mana-mana.
Tak mungkin memisahkan jejak-jejak awal sejarah "Cina baru" atau RRC modern dari Deng Xiaoping. Satu tonggak sejarah telah dipaku Deng berbarengan dengan Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Cina (PKC) ke-11 Desember 1978 yang memutuskan menolak mentah-mentah visi utopis gagasan Mao tentang "Strategi Lompatan Jauh ke Depan". Gagasan utopis Revolusi Kebudayaan (1966-1976) tentang perjuangan kelas diganyang Deng, yang kemudian mulai menyingkirkan model ekonomi Stalinis berupa kontrol negara atas ekonomi, kolektivitas pertanian, dan pembangunan industri bertumpu pada industri berat sejak tahun 1950-an.
Tetapi, apa pun yang dibuat Deng Xiaoping, nama Mao Zedong tetap dikenang rakyat. Mao mendirikan RRC dan Deng membesarkannya, itu jawaban spontan rakyat RRC tentang peran dua tokoh besar sejarah Cina modern ini.
Meski pada awalnya sempat terjadi konflik keras antara kubu konservatif dengan barisan progresif-radikal, kedua kubu ini sama-sama sepakat bahwa "Cina baru" harus dibawa ke arah kemajuan, kemakmuran, dan kuat dalam bidang militer.
Teori sosialisme Ketua Mao memang sudah dianggap usang oleh kubu progresif dan masyarakat RRC modern, namun mayoritas rakyat tetap menganggap Mao sebagai "Bapak Bangsa RRC". Foto ukuran besar Ketua Mao masih menghiasi Lapangan Tiananmen di jantung Kota Beijing, sementara patungnya masih berdiri kukuh di sejumlah sudut kota-kota besar di beberapa wilayah Cina.
Adapun tentang Deng Xiaoping, orang tetap mengenangnya sebagai Bapak Modernisme Cina". Gambar tokoh penting ini tampak menghiasi baliho-baliho raksasa di banyak sudut kota-kota besar. Ketua Mao mendirikan RRC, namun Deng Xiaoping yang berhasil membawa RRC menjadi bangsa besar dan maju. Begitu kata orang-orang RRC menjelang peringatan 50 Tahun RRC dalam genggaman kekuasaan PKC. (Mathias Hariyadi, melaporkan dari Wuhan, RRC)
Foto: Associated Press/Kyodo
DUA PEMIMPIN - Foto yang diambil pada tahun 1959 ini memperlihatkan Ketua Mao Tse-tung (Mao Zedong) bersama pemimpin senior Cina, Deng Xiaoping (kanan), memperhatikan lembaran surat di Beijing.
***
TAK bisa dibantah, semua bentuk kemajuan pesat di banyak bidang itu terjadi berkat sentuhan "tangan dingin" Deng Xiaoping. Inilah pemimpin Cina kharismatis era modern, yang begitu berkuasa langsung bergerak cepat melancarkan program reformasi total.Di sektor ekonomi ia mulai memberlakukan sistem ekonomi pasar. Petani tak lagi diorganisir dalam komune-komune, tetapi diberi hak mengolah lahan sendiri yang didistribusikan pemerintah. Dibukanya pintu bagi arus investasi modal asing memacu berdirinya gedung-gedung jangkung di kota-kota besar seperti di Beijing, Guangzhou, Shengzhou, Shenzhen, Shanghai, dan Wuhan. Kini, barang-barang konsumsi Barat merebak di mana-mana.
Tak mungkin memisahkan jejak-jejak awal sejarah "Cina baru" atau RRC modern dari Deng Xiaoping. Satu tonggak sejarah telah dipaku Deng berbarengan dengan Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral Partai Komunis Cina (PKC) ke-11 Desember 1978 yang memutuskan menolak mentah-mentah visi utopis gagasan Mao tentang "Strategi Lompatan Jauh ke Depan". Gagasan utopis Revolusi Kebudayaan (1966-1976) tentang perjuangan kelas diganyang Deng, yang kemudian mulai menyingkirkan model ekonomi Stalinis berupa kontrol negara atas ekonomi, kolektivitas pertanian, dan pembangunan industri bertumpu pada industri berat sejak tahun 1950-an.
Tetapi, apa pun yang dibuat Deng Xiaoping, nama Mao Zedong tetap dikenang rakyat. Mao mendirikan RRC dan Deng membesarkannya, itu jawaban spontan rakyat RRC tentang peran dua tokoh besar sejarah Cina modern ini.
Meski pada awalnya sempat terjadi konflik keras antara kubu konservatif dengan barisan progresif-radikal, kedua kubu ini sama-sama sepakat bahwa "Cina baru" harus dibawa ke arah kemajuan, kemakmuran, dan kuat dalam bidang militer.
Teori sosialisme Ketua Mao memang sudah dianggap usang oleh kubu progresif dan masyarakat RRC modern, namun mayoritas rakyat tetap menganggap Mao sebagai "Bapak Bangsa RRC". Foto ukuran besar Ketua Mao masih menghiasi Lapangan Tiananmen di jantung Kota Beijing, sementara patungnya masih berdiri kukuh di sejumlah sudut kota-kota besar di beberapa wilayah Cina.
Adapun tentang Deng Xiaoping, orang tetap mengenangnya sebagai Bapak Modernisme Cina". Gambar tokoh penting ini tampak menghiasi baliho-baliho raksasa di banyak sudut kota-kota besar. Ketua Mao mendirikan RRC, namun Deng Xiaoping yang berhasil membawa RRC menjadi bangsa besar dan maju. Begitu kata orang-orang RRC menjelang peringatan 50 Tahun RRC dalam genggaman kekuasaan PKC. (Mathias Hariyadi, melaporkan dari Wuhan, RRC)
Foto: Associated Press/Kyodo
DUA PEMIMPIN - Foto yang diambil pada tahun 1959 ini memperlihatkan Ketua Mao Tse-tung (Mao Zedong) bersama pemimpin senior Cina, Deng Xiaoping (kanan), memperhatikan lembaran surat di Beijing.
Database Kliping MATHIAS HARIYADI
125.160.216.33
50 Tahun RRC: Mao Mendirikan, Deng Membesarkan
KOMPAS - Jumat, 01 Oct 1999 Halaman: 1
Penulis: HARIYADI, MATHIAS
Ukuran: 5228
50 Tahun RRC
No comments:
Post a Comment