Friday 9 May 2008

Perempuan-perempuan Modis dari Tiongkok


Yang Muda, Bebas, dan Modis dari RRC

SEJAK program reformasi bergulir mulai tahun 1978-ketika pemimpin Cina Deng Xiaoping mulai membuka pintu RRC bagi dunialuar- perubahan apa yang mencolok di masyarakat RRC?Ini salah satu jawabannya: rakyat RRC semakin pandai bergaya dan tampil modis.

Mengikuti perjalanan "ngamen" rombongan misi kesenian Indonesia dari Direktorat Kesenian Depdikbud ke sejumlah kota besar di Cina selama sekitar dua minggu, Kompas tak pernah menemukan satu orang pun di sini yang berbusana zhong shan zhuan (kata zhuan berarti pakaian)-seperti bisa dilihat orang pada film-film Mandarin kuno. Kaum perempuan pun juga sudah lama meninggalkan qi pao-jenis busana khas Cina untuk kaum perempuan.

Kalaupun dua jenis busana ini masih dipakai, itu tak lebih karena motivasi ingin "pamer" saja daripada mode de vivre. Inilah yang biasa dikenakan para gadis rupawan di depan restoran-restoranberbintang yang selalu memakai jenis busana long dress dengan garis sobekan tinggi sampai 20 cm di atas lutut.

Sementara kaum prianya kini merasa lebih akrab dengan busana hem, T-Shirt, atau jas daripada zhong shan zhuan. Begitu pula kaum perempuan RRC modern, kini jauh merasa lebih modis dalam penampilan kalau berbusana rok mini dengan stockings transparan yang membalut kaki daripada qi pao. Jins ketat dipadu kaus tank-top transparan atau baju atasan tanpa lengan, kini makin menjadi "seragam resmi"mereka saat-saat santai. Kalaupun harus berpenampilan lebih "sopan" saat mengikuti acara resmi atau di kantor, blazer menjadi pilihan mereka.

Kini menjelang datangnya milenium baru, mereka juga semakin terampil memoles diri dalam gaya maupun penampilannya. Gaya hidup kebarat-baratan pun mulai dilirik, terutama oleh kaum mudanya. Apalagi setelah arus komunikasi dan informasi asing seperti jaringan televisi CNN, MTV, dan internet juga dibuka seluas-luasnya bagi mereka, meski belum semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya karena kendala biaya.

Kaum muda RRC pun kini mulai rajin bersolek mempercantik penampilan sehari-hari. Para turis asing yang baru pertama kali mengunjungi bumi Tiongkok, pasti akan heran sekaligus kagum.
***
INGIN selalu tampil rileks namun tetap seksi. Inilah keinginan kaum perempuan muda RRC terutama yang tinggal di kota-kota besar seperti Beijing, Guangzhou, Zhengzhou, Wuhan, dan Shanghai. "Kami suka jenis pakaian yang lebih praktis, sedap dipandang, feminin, namun tetap seksi," begitu kata Ng Ling (26), dara dengan tubuh berisi asal Wuhan saat ditemui di ruang tunggu Bandara Internasional Wuhan, Propinsi Hubei, pekan lalu.

Ng Ling tak sendirian. Yang Rui (27) asal Jiangshao-satu kota kecil di Propinsi Henan-juga bersikap sama. Meski pekerjaannya sebagai manajer sebuah restoran dan master of ceremony selalu menuntutnya harus berbusana rapi dan "resmi", namun dara semampai ini tetap saja sungkan bila harus menyembunyikan keindahan kakinya di balik rok panjang. Alih-alih memakai celana panjang atau lainnya, sehari-hari ia tetap bertahan dengan rok mininya meski setiap hari mesti mengayuh sepeda dari rumah ke restoran-tempatnya bekerja.

Iklim kehidupan yang lebih memberi ruang lebar untuk kebebasan berekspresi. Inilah rupanya angan-angan sekaligus harapan kaum muda RRC masa kini. Pilihan cara berbusana hanyalah satu gambarannya, selain tentu saja ambisi-ambisi lain untuk mereguk iklim kebebasan seluas-luasnya termasuk mengutarakan pendapat dan melancarkan kritik. Sikap rigorous (ketat) mereka dalam mentaati aturan-aturan publik di satu pihak nyaris berjalan seiring dengan kelonggaran mereka dalam menyikapi soal hubungan asmara.

Meski di kota-kota besar seperti Beijing, Wuhan, Guangzhou, dan Zhengzhou ada aturan ketat yang melarang praktik "kumpul kebo", namun sejumlah orang dari kota-kota ini mengatakan terus terang bahwa hidup dan tidur bersama dalam satu atap tanpa ikatan perkawinan kini mulai marak. Seperti dikatakan Gie Lan (23) dan Zhang Li (24)- dua perempuan muda asal Beijing-yang berterus terang kini tengah menjalani hidup bersama dengan pacarnya di sebuah flat di luar Kota Beijing.

Bagaimana dengan urusan seks? "Kami melakukannya atas dasar sama-sama senang. Jadi, ya no problem!" katanya sembari cekikikan. Sudah barang tentu, perempuan-perempuan muda RRC seperti Gie Lan dan Zhang Li ini sehari-harinya juga senang mengakrabi irama kehidupan malam hari. Semua sudut ruangan diskotik Fuhao Nightclub di lantai tiga Hotel Xun Li Men atau Blue Yellow Ribbon tak jauh dari hotel-keduanya di Wuhan, Propinsi Hubei- setiap malam nyaris tak pernah sepi dari pengunjung. Tawuran antarpengunjung gara-gara rebutan cewek usai berkaraoke ria, menjadi pemandangan sehari-hari di ibu kota Propinsi Hubei.

Serba bebas, busana seronok, dandanan menor kian menjadi pemandangan umum di tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, KTV, dan bar yang menjamur di kanan-kiri jalan-jalan utama kota Wuhan ini. Setelah puas menghabiskan malam dengan nyanyi dan joget, kencan kilat antarsesama pengunjung-termasuk orang asing-para penikmat kehidupan malam ini biasanya melanjutkan kencannya di hotel-hotel kelas melati atau flat.

GENERASI baru telah "lahir" di RRC pasca-Deng Xiaoping. Inilah sebuah generasi yang kini tengah menikmati suasana lebih makmur (dibanding era tahun 1966-1976 ketika Revolusi Kebudayaan tengah berkecamuk). Pragmatisme menjadi sikap hidup generasi mereka. Serius bekerja, tetapi juga tak tanggung-tanggung memuaskan nafsu hedonistiknya dengan banyak makan-minum sampai puas saat menikmati leisure time.

Sebuah generasi baru terdiri kaum muda yang dinamis, bebas, dan modis kini mulai menemukan eksistensinya di RRC. Inilah mereka yang cuek terhadap politik dan ideologi negara. "I want to be free!" adalah dengus napas mereka sehari-hari.
(Mathias Hariyadi, dari Beijing)

Modernime Tradisional - Seorang pemudi bernama Wu Gang (20) tampak sabar menunggu kedatangan pacarnya di salah satu sudut Kota Beijing. Mereka berjanji untuk mengadakan kencan berdua dengan bersepeda keliling di jalan-jalan utama Beijing. Modernisme Cina yang ditandai banyak bangunan tinggi berjalan akrab dengan semangat tradisi, yang antara lain terwujud dalam hobi naik sepeda.

Written and posted by Mathias Hariyadi
Published by Kompas, Thursday 7 October 1999

Credit photo: 1/Kompas/mathias hariyadi
Photo caption: Kompas/mathias hariyadi

Database Kliping MATHIAS HARIYADI
125.160.216.33
Yang Muda, Bebas, dan Modis dari RRC
KOMPAS - Kamis, 07 Oct 1999 Halaman: 9
Penulis: HARIYADI, MATHIAS
Ukuran: 6768

No comments: