Wednesday 17 December 2008

Tips for a good marriage




1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita.
Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.


2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis,
tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,
tetapi menikah di hadapan Allah

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda,
karena anda harus berfikir untuk mengundang merekasemua
dan meminta maaf apabila andaberfikir untuk
BERCERAI karena menyia-nyiakan do'a mereka.



5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.


6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan
bertabur bunga, tzpi jangan semak belukar yang penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda,
tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan
cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus
dengan tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk
bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua
pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang
tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketaqwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran

Saturday 13 December 2008

Hipertensi? Tidak lagi dengan Seledri

Hipertensi merupakan faktor risiko penting penyakit jantung koroner di Indonesia, khususnya Jakarta. Hipertensi adalah keadaan tubuh kehilangan atau kurang mampu mengendalikan tekanan darah sehingga mengalami tekanan berlebih atau biasa dikenal sebagai tekanan darah tinggi.

Jika tidak terkendali, hipertensi dapat menimbulkan komplikasi ke otak sehingga terjadi stroke, mempengaruhi ginjal dan jantung. Risiko pada jantung dapat mencapai angka 75 persen berupa pembengkakan jantung (left ventricel hyperthophy), penyempitan pembuluh darah koroner (coronary artery disease), atau kombinasi keduanya. Ketiga komplikasi tersebut akan meningkatkan angka kematian kardiovaskuler atau gagal jantung. Karena itu, pengenalan dini terhadap hipertensi serta penanggulangannya akan dapat menurunkan angka kematian tersebut. Sayangnya masyarakat sering mengabaikan hipertensi karena gejalanya sendiri kurang bermakna. Selain itu, pengetahuan tentang pengendalian hipertensi masih sangat minim, biaya pengobatan mahal karena mesti dilakukan seumur hidup, dan kampanye mengenai pengetahuan hipertensi juga minim.

Langkah awal untuk pengobatan dan pengendalian hipertensi secara non-medis bisa dilakukan dengan memulai pola hidup sehat, yakni olah raga teratur, pola makan seimbang, serta mengobati penyakit penyerta seperti diabetes. Jika penanganan non-medis ini tidak berhasil maka harus diteruskan dengan upaya medis.

Seledri dan Kumis Kucing

Sampai saat ini, obat yang disediakan para dokter untuk pengobatan hipertensi masih didominasi obat-obat impor yang tergolong mahal. Sementara daya beli masyarakat turun akibat krisis yang melanda Asia. Hal ini membuat masyarakat banyak beralih pada obat generik tiruan dari luar, dan obat tradisional seperti jamu tanpa pengetahuan pasti.

Padahal tidak semua obat tradisional atau jamu yang beredar di pasaran sudah dibuktikan secara klinis. Berawal dari sini, PT Phapros bekerja sama dengan Pusat Jantung Nasional Harapan Kita mengadakan uji klinis atas obat tradisional dengan komposisi tanaman seledri (Apium graviolens) dan kumis kucing (Orthosiphon stamineus beth). Seledri sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai bahan obat tradisional yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Tanaman ini terbukti memiliki efek seperti calcium antagonis (pengaruh terhadap tekanan darah).

Sementara kumis kucing yang terbukti memiliki efek betha blocker (pengaruh terhadap tekanan darah dan serangan jantung) merupakan tanaman asli Indonesia yang dipercaya membantu pembuangan racun dalam tubuh tanpa gejala dehidrasi, serta memperlancar fungsi ginjal.

Kedua jenis tanaman tersebut diolah dan diambil ekstraknya untuk dilebur dalam suatu komposisi tertentu yang kemudian dijadikan kemasan pitofarmaka agar bisa dapat dikonsumsi secara praktis.

Penelitian yang telah dimulai sejak dua tahun lalu itu diprakarsai oleh Dr.Bina Suhendra, Presiden Direktur PT Phapros, Tbk, Dr.Aulia Sani, Direktur Utama Pusat Jantung Nasional, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, dan dipimpin oleh Dr. dr. Fadilah Supari dari pusat data dan penelitian Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

Penelitian ini diklaim memberikan solusi untuk pengobatan dan pengendalian hipertensi dengan biaya murah terjangkau oleh masyarakat dan memiliki khasiat setara dengan obat impor.

Uji klinis dilakukan terhadap 160 orang penderita tekanan darah tinggi yang dipilih secara acak dan dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok tersebut diberi Tensigard (obat ekstrak seledri dan kumis kucing) dan Amlodipin (obat impor hipertensi sejenis calcium antagonist yang sangat dikenal dan terbukti dapat mengendalikan hipertensi dengan baik). Hasilnya, setelah 12 minggu pemakaian obat-obat tersebut, dua kelompok itu sama-sama mengalami penurunan tekanan sistolik maupun distolik.

Namun sama seperti Amlodipin, obat yang berasal dari ekstrak seledri dan kumis kucing ini juga menimbulkan efek samping sakit kepala. Hanya saja, menurut penuturan Fadilah Supari, prosentase sakit kepala saat mengonsumsi tensigrad jauh lebih kecil. Jika Anda masih tidak percaya dengan khasiat obat ekstrak baru ini, mungkin Anda bisa mencobanya dengan konsumsi seledri dan rebusan kumis kucing. Barangkali, ini akan lebih efektif. (art)

Thursday 11 December 2008

Healthy


Answer the phone by LEFT ear.
Do not drink coffee TWICE a day.
Do not take pills with COOL water.
Do not have HUGE meals after 5pm.
Reduce the amount of OILY food you consume.
Drink more WATERin the morning, less at night.
Keep your distance from hand phone CHARGERS.
Do not use headphones/earphone for LONG period of time.
Best sleeping time is from 10pm at night to 6am in the morning.
Do not lie down immediately after taking medicine before sleeping.
When battery is down to the LAST grid/bar, do not answer the phone as the radiation
is 1000 times.

Do it healt

Answer the phone by LEFT ear.
Do not drink coffee TWICE a day.
Do not take pills with COOL water.
Do not have HUGE meals after 5pm.
Reduce the amount of OILY food you consume.
Drink more WATERin the morning, less at night.
Keep your distance from hand phone CHARGERS.
Do not use headphones/earphone for LONG period of time.
Best sleeping time is from 10pm at night to 6am in the morning.
Do not lie down immediately after taking medicine before sleeping.
When battery is down to the LAST grid/bar, do not answer the phone as the radiation
is 1000 times.

Christmas Carol 2008

Latest Christmas carol for 2008

You'd better watch out
You'd better not cry
You'd better keep cash
I'm telling you why:
Recession is coming to town.

It's hitting you once,
It's hitting you twice
It doesn't care if you've been careful and wise
Recession is coming to town

It's worthless if you've got shares
It's worthless if you've got bonds
It's safe when you've got cash in hand
So keep cash for goodness sake, HEY

You'd better watch out
You'd better not cry
You'd better keep cash
I'm telling you why:
Recession is coming to town!

Finance products are confusing
Finance products are so vague
The banks make you bear the cost of risk
So keep out for goodness sake, OH

You'd better watch out
You'd better not cry
You'd better keep cash
I'm telling you why:
Recession is coming to town.

The Christmas Bell

THE BELL

I KNOW WHO I AM
I am God's child (John 1:12)
I am Christ's friend (John 15:15 )
I am united with the Lord (1 Cor. 6:17)
I am bought with a price (1 Cor 6:19-20)
I am a saint (set apart for God). (Eph. 1:1)
I am a personal witness of Christ. (Acts 1:8)
I am the salt & light of the earth (Matt 5:13-14)
I am a member of the body of Christ (1 Cor 12:27)
I am free forever from condemnation ( Rom. 8: 1-2)
I am a citizen of Heaven. I am significant (Phil 3:20)
I am free from any charge against me (Rom. 8:31 -34)
I am a minister of reconciliation for God (2 Cor 5:17-21)
I have access to God through the Holy Spirit (Eph. 2:18)
I am seated with Christ in the heavenly realms (Eph. 2:6)
I cannot be separated from the love of God (Rom 8:35-39)
I am established, anointed, sealed by God (2 Cor 1:21-22 )
I am assured all things work together for good (Rom. 8:28 )
I have been chosen and appointed to bear fruit (John 15:16 )
I may approach God with freedom and confidence (Eph. 3: 12 )
I can do all things through Christ who strengthens me (Phil. 4:13)
I am the branch of the true vine, a channel of His life (John 15: 1-5)
I am God's temple (1 Cor. 3: 16). I am complete in Christ (Col. 2: 10)
I am hidden with Christ in God (Col. 3:3).. I have been justified (Romans 5:1)
I am God's co-worker (1 Cor. 3:9; 2 Cor 6:1). I am God's workmanship (Eph. 2:10)
I am confident that the good works God has begun in me will be perfected. (Phil. 1: 5)
I have been redeemed and forgiven (Col 1:14). I have been adopted as God's child (Eph 1:5)
I belong to God
Do you know
Who you are?

Sectarian Violence hit Masohi in the Moluccas

Scontri nelle Molucche: bruciate 45 case ed una chiesa
di Mathias Hariyadi

Le violenze nate da un gruppo di musulmani che accusava di blasfemia un insegnante. L’intervento della polizia in assetto antisommossa ha ristabilito la normalità, ma la tensione rimane alta: chiusi negozi e uffici.

Jakarta (AsiaNews) – A fuoco 45 abitazioni, una chiesa ed il municipio della città di Masohi, capoluogo dell’isola di Seram nell’arcipelago indonesiano delle Molucche. Un gruppo di 500 musulmani ha seminato panico e distruzioni nella mattina del 9 dicembre, scatenando scontri con la polizia e la locale comunità cristiana.

La scintilla delle violenze sarebbero i presunti insulti che un insegnante di scuola elementare avrebbe rivolto ad alcuni suoi studenti irridendone la fede islamica. La notizia ha scatenato la reazione della rappresentanza locale dell’Indonesian Ulema Council (Mui) che ha guidato un gruppo di 500 persone davanti al Central Maluku Education Agency, dove si sarebbe svolto il fatto. Per più di un'ora i manifestanti hanno protestato, accusando l’insegnante di blasfemia e chiedendone le dimissioni

In seguito il gruppo ha marciato verso il quartier generale della polizia, poco distante dalla scuola. Alla notizia che il capo delle forze dell’ordine era fuori città, la maggior parte dei dimostranti hanno abbandonato la manifestazione mentre un gruppo ha iniziato a fronteggiarsi con alcuni membri della polizia. Ne è scaturito uno scontro che si è allargato al distretto di Letwaru, coinvolgendo cristiani e musulmani e causando il ferimento di cinque persone.

Durante le violenze oltre alle case e alla chiesa sono stati incendiati anche alcuni veicoli pubblici parcheggiati sulla strada. Solo l’intervento della polizia in assetto antisommossa ha permesso il ristabilimento della normalità, ma la tensione rimane alta.

La notizia dei fatti di Masohi ha fatto il giro dell’isola di Seram riportando alla mente gli scontri tra musulmani e cristiani nella cosiddetta "guerra delle Molucche" che nel periodo 1999-2002 ha causato migliaia di morti. La polizia è in stato di allerta mentre uffici e negozi sono rimasti chiusi in via precauzionale. Le forze dell'ordine hanno individuato i responsabili degli scontri e l’insegnante è attualmente sotto la custodia della polizia.

Monday 17 November 2008

Aiuti stranieri sospettati di proselitismo e spionaggio

Governo, fondamentalisti islamici, indipendentisti dell'Aceh sono tutti preoccupati per la presenza di organizzazioni umanitarie e militari straniere.

Jakarta (AsiaNews) – Giornalisti e soccorritori stranieri nella provincia indonesiana dell'Aceh, la più colpita dallo tsunami, saranno espulsi se non rendono noti al governo i loro spostamenti al di fuori della capitale Banda Aceh. Lo ha annunciato oggi il capo delle operazioni di soccorso Budi Atmaji, adducendo motivi di sicurezza.

Le preoccupazioni per la sorte degli stranieri sono legate alla possibilità di attacchi dei ribelli separatisti del GAM (Gerakan Aceh Merdeka, Free Aceh Movement), che dal 1976 combattono nell'Aceh per l'indipendenza della regione. Per lo stesso motivo il gen. Endriartono Sutarto, capo dell'esercito nazionale (TNI), ha disposto che sui mezzi di soccorso viaggi anche un ufficiale militare indonesiano e che i soldati impegnati negli aiuti "continuino a portare armi".

Il comandante del GAM ha però dichiarato che i ribelli non hanno intenzione di attaccare personale straniero. Secondo Sidney Jones, esperta dell'International Crisis Group, l'esercito indonesiano è preoccupato che la situazione sfugga dalle mani: c'è il rischio che "2 anni di operazioni militari contro i ribelli vadano perdute". Data la situazione di caos ed emergenza "i ribelli possono muoversi più liberamente nella provincia".

Su Jakarta sono piovute molte critiche per l'eccessiva presenza di stranieri ad Aceh e Nord Sumatra. Per questo il governo ha fissato il loro ritiro per il 26 marzo prossimio. Il segretario di Gabinetto, Sudi Silalahi, ha dichiarato che dopo il 26 marzo l'intero processo di riabilitazione e ricostruzione nell'Aceh e Nord Sumatra sarà condotto da esperti indonesiani.

Secondo analisti del sudest asiatico, la polemica sulla presenza straniera in quello che è il paese musulmano più popoloso al mondo, rischia di diventare la maschera dietro cui si nascondono schieramenti pro e contro islam. L'iniziale collaborazione interreligiosa durante la prima drammatica fase dei soccorsi rischia di sparire sulla scia degli interessi dei vari gruppi. Negli ultimi giorni fondamentalisti islamici hanno accusato di proselitismo le organizzazioni occidentali e cristiane presenti nella zona.

Alcuni gruppi estremisti, come il Lasker Mujahedeen, gruppo paramilitare che combatte i cristiani in tutto il paese, hanno inviato volontari nell'Aceh per "aiutare i loro seguaci musulmani". I militanti dicono che tollereranno la presenza americana "finché è giustificata da motivi umanitari", ma se "tra di loro ci sono agenti di servizi segreti, Allah distruggerà gli Stati Uniti". L'Aceh è l'unica provincia indonesiana in cui vige la sharia (la legge islamica). (MH)

Cambiano le leggi islamiche per l'emergenza tsunami

di Mathias Hariyadi
Il Consiglio degli Ulema ha detto sì alle sepolture di massa e ha snellito i riti di purificazione dei cadaveri . Il cibo distribuito in emergenza è considerato "puro" a priori.

Jakarta (AsiaNews) – Via libera degli Ulema indonesiani alle sepolture di massa. In una sorta di lettera pastorale, il Consiglio indonesiano degli Ulema (Majelis Ulama Indonesia, MUI) ha diffuso oggi le direttive sulla sepoltura degli oltre 100 mila morti, vittime dello tsunami. KH Maruf Amin, membro esecutivo del MUI ha detto che data l'emergenza ad Aceh, le tradizionali usanze previste dall'islam possono essere infrante: non sarà obbligatorio lavare i corpi e ricoprirli con un lenzuolo di lino bianco e potranno essere sepolti in fosse comuni. "I corpi – ha detto Amin – potranno essere sepolti nello stesso posto dove vengono ritrovati o in qualunque altro luogo".

Per l'emergenza i rappresentanti religiosi musulmani hanno riveduto anche le disposizioni sugli alimenti, che secondo l'islam devono essere halal (puri, che non contengano ad esempio carne di maiale, ecc…). Il MUI ha dichiarato che, nelle condizioni attuali, è impossibile verificare se il cibo distribuito dagli aiuti sia halal o no.

Oggi pomeriggio il ministro degli Affari sociali ha aggiornato il bilancio provvisorio delle vittime dello tsunami del 26 dicembre scorso. In tutto in Indonesia sono morti 104.055; i dispersi 10.088, i rifugiati 655.132; 1.448 sono i feriti sotto cure mediche. Di seguito riportiamo le cifre divise per città e provincia. Meulaboh 28.251; Banda Aceh 20.066; Aceh Besar 17.564; Aceh Jaya 15.000; West Aceh 7.020; Calang 5.000; Aceh Island 4.000; North Aceh 7.020; Pidie 1.359; Nagan Raya 1.338; East Aceh 894; Bireun 594; Lhokseumawe 198; Krueng Mane 117; Sabang, Weh Island 12; South Aceh 6. Nella regione di North Sumatra il bilancio parla di 227 morti a Nias Island; 8 a Deli Serdang; 8 a Cermin Coast; 7 a Simeuleu; 4 a Sergai; 3 a Adam Malik Hospital; 1 a Madina; a Central Tapanuli.

llerta tsunami: terremoto marino a 100 km da Sumatra

di Mathias Hariyadi
L'allerta è rientrato pche ore dopo. Il sisma di forza 7.9 della scala Richter percepito fino a 2 mila km di distanza. Due i morti. Manca l'elettricità e molti edifici sono danneggiati. Tristezza per i musulmani che da stasera celebrano il Ramadan.

Jakarta (AsiaNews) – Il governo indonesiano ha diramato un avviso di “massima allerta” per possibile tsunami a tutte le persone che vivono sulla costa ovest di Sumatra, nella regione di Bengkulu, dopo che un potente terremoto di forza 7.9 Richter ha scosso l’area verso le 18.10 (ora di Jakarta). L’allarme è rientrato dopo circa un’ora, anche se la situazione rimane tesa e la popolazione impaurita non vuole tornare a casa.

Le scosse fortissime hanno colpito anche la zona di Padang (Nord Sumatra), la capitale provinciale Palembang (Sud Sumatra) e perfino Jakarta, che si trova a circa mille km da Bengkulu. Il terremoto è stato percepito anche in Malaysia e Singapore.

L’epicentro del sisma era a 100 km di distanza dalle coste di Bengkulu e a 15 km di profondità. Le prime testimonianze giunte ad AsiaNews dicono che il terremoto sembra perfino “più forte” di quello che ha distrutto l’isola di Nias (Nord Sumatra) nel 2004, quando un enorme tsunami fece oltre 130 mila vittime nella sola Indonesia. L'onda anomala colpì tutti i Paesi che si affacciano sull'Oceano Indiano.

Al momento si registrano 2 morti a Padang, mentre diversi testimoni parlano di molti danni a edifici e di black-out dell’elettricità.

Gli abitanti sono fuggiti dalle loro case e costretti ad accamparsi all’aperto, lontano dalle loro abitazioni danneggiate. Anche ora che il rischio tsunami è passato, nessuno vuole rientrare. “La gente è tutta in panico. E tutti preferiscono rimanere fuori” dice Berta Iin Esthi, professoressa dell’Università di Bengkulu.

“Questo non è un bel momento” ha detto un musulmano ad AsiaNews. “Proprio stasera comincia il Ramadan”. Durante il mese sacro all’Islam i musulmani digiunano tutto il giorno fino a calare del sole e poi si radunano insieme per cene e banchetti.

Powerful Quake Rocked Gorontalo

Cresce il bilancio delle vittime per il terremoto a Sulawesi
La scossa maggiore è di magnitudo 7,5. Per ora si sa di 2 morti e decine di feriti. Migliaia gli sfollati. L’allerta tsunami è stato ritirato.

Jakarta (AsiaNews/Agenzie) – Almeno 2 persone sono morte e migliaia sono fuggite dalle loro cose per un potente terremoto vicinissimo all’isola di Sulawesi, nelle prime ore del mattino. La scossa di magnitudo 7,5 ha colpito la città costiera di Gorontalo, con un epicentro a una profondità di 21 km e a 135 km di distanza. Alla scossa più forte sono seguite innumerevoli altre scosse minori, fino a 5,8 di magnitudo Migliaia di persone hanno abbandonato le loro case nel panico, anche se l’allerta tsunami, emesso dal governo è stato poi ritirato.

Un rappresentante del ministero della sanità ha detto che finora il bilancio è di 2 morti e di 37 feriti, con oltre 200 case danneggiate, alcune completamente distrutte. Le comunicazioni sono però precarie facendo temere che il bilancio è forse più grande, anche se non vi sono ancora notizie.

Nella città di Poso (Sulawesi centrale), la gente è fuggita di casa e un ospedale è stato evacuato dei malati. Le scuole della regione sono chiuse.

L’arcipelago indonesiano si trova su una zona sismica molto attiva, detta “anello di fuoco”Nel 2004, un terremoto nell’Oceano Indiano ha creato uno tsunami che ha ucciso circa 170 mila persone nella provincia di Aceh. Alcuni giorni fa il governo ha lanciato un sistema di alta tecnologia per l’allerta tsunami, ma gli esperti dicono che alcune zone del Paese non sono coperte e che il sistema giungerà a pieno regime solo entro il 2010.

Friday 14 November 2008

The Three Days of Darkness

by Yves Dupont
THE ACT OF GOD

The most spectacular aspect of the Act of God will be the three days of darkness over the whole earth. The Three Days have been announced by many mystics, viz., Bl.Anna-Maria Taigi, Padre Pio, Elizabeth Canori-Mora, Rosa-Colomba Asdente, Palma d'Oria, in Italy; Father Nectou, in Belgium; St. Hildegard, in Germany; Pere Lamy, Marie Baourdi, Marie Martel, Marie-Julie Jahenny, in France. (This list is not exhaustive; many more mystics have announced the Three Days.)

The Church does not oblige us to believe in any particular prophecy as a matter of faith, but we are indeed obliged to believe that prophecies may be made even in our own times, for this is in the Gospel: the Holy Ghost will speak to many in the Latter Days.

Moreover, when an identical prophecy has been made by widely separated people in time and space, when this particular prophecy was accompanied by other predictions which have already come to pass, and when the holiness of the mystics in question has been recognized by the Church, we would be foolish indeed not to believe that the prophecy must come to pass. Such is the case concerning the Three Days of Darkness. How else could we explain that an illiterate peasant woman of Brittany is describing the very thing that another mystic in, say, Germany or Italy is also describing?

THE PROXIMATE SIGNS

Here are the proximate signs in their probable order of occurrence. This, to be sure, is only my own opinion, and I may be wrong for I am no prophet myself; but, after studying a large number of prophecies, this order appears to me to be the most likely:

1. Flouting of church laws, irreverence and immodesty in church, fall in attendance at church.
2. Lack of charity towards others, heartlessness, indifference, divisions, contentions, godlessness, pride in human knowledge.
3. Breakdown of family life: immorality, adultery, perversion of youth (e.g. homosexuals giving lectures in schools), immodest fashions (e.g. mini-skirts and hot pants, bikinis and see-throughs), people concerned only with eating, drinking, dancing and other pleasures.
4. Civil commotions, contempt for authority, downfall of governments, confusion in high places, corruption, coups d'etat, civil war, revolution. (The first four proximate signs have already come to pass, at least partly; for we are yet to see civil war and revolution in the West. But the sequence of events is not strictly chronological; there is room for some overlapping. Thus, the 5th proximate sign seems to have begun also.)
5. Floods and droughts, crop failures, unusual weather, tornadoes, earthquakes, tidal waves, famines, epidemics, unknown diseases (e.g. new strains of viruses).

THE WARNING AND THE MIRACLE

These will take place between the proximate and the immediate signs. Both will be supernatural occurrences, and the Miracle will closely follow the Warning. There will be a solar prodigy; a Cross will be visible in the sky all over the world. The Warning will be associated with the letter "A"; it will not fall on a Feast day of Our Lady, nor on the l8th of the month.

The Miracle will fall on the Feast day of a young martyr of the Eucharist; this will be on a Thursday evening, and it will coincide with an important Church event.

Since the Miracle is to be seen only in Northern Spain and in Rome, and since the Cross in the sky is to be seen everywhere, it seems that the latter occurrence will take place with the Warning, not with the Miracle. However, the Miracle may also have a Cross in the sky.
During the Warning, everyone will be made aware of his/her own sinfulness, and many will wish to die, but the Warning itself will be completely harmless.

Both the Warning and the Miracle must be viewed as the last act of mercy from God, a final appeal to mankind to do penance before the three days of darkness and the destruction of three-quarters of the human race. At a time when the murder of unborn babies and the sin of Sodom and Lesbos have become respectable and sometimes legal, we should not wonder why God is going to punish mankind.

By that time, war and revolution will have already caused a high deathtoll, and Communism will be victorious, but all this will be as nothing compared with the deathtoll caused by the Three Days.

THE IMMEDIATE SIGN

It will be a bitterly cold winter night in the Northern hemisphere. (Presumably, a very cold summer night in Australia or, by contrast, a torrid night.) The wind will howl and roar. Lightning and thunderbolts of an unprecedented magnitude will strike the earth. The whole earth will shake, heavenly bodies will be disturbed – (this will be the beginning of the Three Days). Every Demon, every evil spirit will be released from hell and allowed to roam the earth. Terrifying apparitions will take place. Many will die from sheer fright. Fire will rain forth from the sky, all large cities will be destroyed, poisonous gases will fill the air, cries and lamentations everywhere. The unbelievers will burn in the open like withered grass. The entire earth will be afflicted; it will look like a huge graveyard.

As soon as you notice that bitterly cold night, go indoors, lock all doors and windows, pull down the blinds, stick adhesive paper on vents and around windows and doors. Do not answer calls from outside, do not look at the windows, or you will die on the spot: keep your eyes down to make sure you do not see the windows; the Wrath of God is mighty and no one should attempt to behold it. Light blessed wax candles; nothing else will burn, but the candles will not be extinguished once lit. Nothing will put them out in the houses of the faithful, but they will not burn in the houses of the godless. Sprinkle holy water about the house and especially in the vicinity of doors and windows: the devils fear holy water. Bless yourself with it and anoint your five senses with it: eyes, ears, nose, mouth, hands, feet, and forehead. Keep on hand a sufficient supply of drinking water and, if possible, food also (but you can live without food for three days.) Kneel down and pray incessantly with outstretched arms, or prostrate on the floor. Make acts of contrition, faith, hope, and charity. Above all say the Rosary and meditate on the Sorrowful mysteries.

Some people, especially children, will be taken up to Heaven beforehand to spare them the horror of these days. People caught outdoors will die instantly. Three-quarters of the human race will be exterminated, – more men than women. No one will escape the terror of these days.
But, when all seems lost and hopeless, then, in the twinkling of an eye, the ordeal will be over: the sun will rise and shine again as in springtime over a purified earth.

Some nations will disappear entirely, and the face of the earth will be changed. There will be no more "Big Business" and huge factories which sap men's souls. Craftsmanship will revive, and assembly lines will give way to the working bench.

People will return to the land, but food will be scarce for about three years. Married women will bear many children, for it will be regarded as a disgrace not to have children, – no more "career women" addicted to the "pill". Unmarried females, – there will be many, will enter the religious orders and form large congregations of Nuns within the reborn Church. Disease will decrease dramatically, and mental illnesses will be rare, for man will have retrieved his natural environment. It will be an age of faith, true brotherhood between neighbors, civil harmony, peace, and prosperity. The land will yield crops as never before. Police will have little work to do: crime will disappear almost entirely. Mutual trust and honesty will be universal. There will be little work for lawyers, either. All the manpower which is currently taken up by the wickedness of the modern world will be released and available for the production of useful commodities. Thus, prosperity will be very great. This wonderful period will probably last 30 years approximately.

As soon as you see the sun rise again at the end of the Three Days, drop to your knees and give thanks to God.

Be warned, SPREAD THE MESSAGE, but do not fear: it would be an offense to God to show lack of confidence in His protection. Those who spread the message will be protected, but the scoffers, the skeptics, and those who dismiss the message because they are frightened, will not escape the chastisement.

WHAT TO DO NOW

SPREAD THE MESSAGE; do not be put out by those who laugh it off or think you are a bit odd. This is the price we have to pay, for no disciple of Christ can escape scorn or even persecution. Remain in the state of grace. Go to Mass, and regularly receive Holy Communion. Say your rosary every day. Obtain some wax candles and have these blessed by a Traditionalist priest.

Do not buy ordinary white candles; they are not made of wax. Do not trust either a "new-breed" priest to bless your candles. Pray for the Church and for the Pope in particular; it is not for us to judge the Pope, no matter what he does or says, – this is God's prerogative, but we must pray for him. Say the prayer to St. Michael which Leo XIII composed after witnessing a terrifying vision of Satan's power.

Wear the Brown Scapular and the miraculous medal. Deny yourself some legitimate pleasures and entertainment; many seers insist on this. Eat sparingly, frugally, to sustain life more than to gratify the palate. When the proximate signs are over, i.e., war and revolution culminating in the victory of communism, when you behold the Warning, then store up food, drinking water, blankets and other necessities.

Monday 10 November 2008

Giustiziati gli attentatori di Bali. Dure reazioni dei militanti islamici

di Mathias Hariyadi
Nelle prime ore di domenica sono stati fucilati gli attentatori che nel 2002 uccisero 202 persone a Bali. Proteste e scontri con la polizia in occasione dei funerali. Allerta in tutta l’Indonesia per il rischio di attentati e nuove manifestazioni. Ma gli analisti assicurano che il pericolo di atti terroristici non è elevato. Gli ulema indonesiani intanto dichiarano: “I tre non sono martiri”.

Jakarta (AsiaNews) - I tre attentatori di Bali sono stati giustiziati 15 minuti dopo la mezzanotte di sabato e sono subito iniziate le manifestazioni di protesa da parte dei gruppi islamici indonesiani.

Per motivi di sicurezza, le autorità indonesiani avevano deciso di portare a termine l’esecuzione all’interno del carcere di Nusakambangan, dove i tre erano detenuti, e non in altri siti di cui i giornali locali avevano parlato nelle ultime settimane.

Le salme di Amrozi, Imam Samudra e Mukhlas sono state consegnate alle famiglie nella giornata di domenica e durante i riti funebri (nella foto un momento del funerale di Samudra) sono stati diversi i gesti di veemente protesa contro il governo e l’esecuzione dei tre, che in molti definiscono martiri dell’islam.

In vista della fucilazione diversi gruppi di militanti islamici avevano preannunciato violenze e proteste. A meno di ventiquattrore dall’esecuzione i sostenitori dei tre attentatori hanno inscenato manifestazioni nei villaggi di Serang, Lamongan e Tenggulun, dove vivono le famiglie dei terroristi. La polizia indonesiana è dovuta intervenire per mantenere l’ordine.

I legali dei tre attentatori di Bali hanno dichiarato che in occasione dei funerali non erano state programmate vere manifestazioni e preannunciato che invece queste si svolgeranno durante la settimana. Il Muslim defence teamdel mondo islamico rendono teso il clima nell’isola. Reiterate minacce di attentati sono state fatte pervenire anche alle ambasciate australiane e statunitensi a Jakarta. La polizia è in stato di allerta a protezione di obiettivi sensibili in tutta l’isola, come alberghi e luoghi turistici. Già nella giornata di domenica sono stati eseguiti alcuni arresti e squadre speciali della polizia hanno pattugliato in modo massiccio le zone attorno alle abitazioni dei tre giustiziati. (Tpm) ha anche rivelato di voler muovere azione legale contro il procuratore generale con l’accusa gravi violazioni dei diritti umani nella vicenda dei loro assistiti. Questi fatti, insieme a dichiarazioni e minacce mosse da diversi esponenti

Gli analisti della sicurezza affermano che il Paese non corre il rischio di gravi attentati perché il principale gruppo terroristico operante in Indonesia e legato ad Al Qaeda, la Jemaah Islamiyah, vive un momento di grave debolezza. Forti sono comunque le polemiche mosse da alcune fonti governative sulla strumentalizzazione politica dell’esecuzione. Esponenti dell’esecutivo hanno criticato televisioni e organi di stampa colpevoli di aver dato eccessiva pubblicità dell’avvenimento e così rinfocolato la tensione. I continui rinvii dell’esecuzione avevano esposto il governo a numerose critiche. La prime sentenze che comminavano ai tre la pena di morte risalivano a cinque anni fa: Amrozi era stato condannato il 7 agosto, Samudra il 10 settembre e Mukhlas il 2 novembre del 2003.

Oggi, nel tentativo di gettare acqua sul fuoco e non dar luogo ad un’escalation di violenze, è intervenuto anche il Consiglio indonesiano degli ulema (Mui). Il presidente Umar Shihab ha dichiarato che i tre attentatori di Bali “non sono morti come svuhada [martiri]. Chi uccide altre persone non può morire come martire a meno che queste non siano in guerra in nome delle religione. Ma noi non siamo in guerra, quindi non possiamo uccidere”.

Giustiziati gli attentatori di Bali. Dure reazioni dei militanti islamici

di Mathias Hariyadi
Nelle prime ore di domenica sono stati fucilati gli attentatori che nel 2002 uccisero 202 persone a Bali. Proteste e scontri con la polizia in occasione dei funerali. Allerta in tutta l’Indonesia per il rischio di attentati e nuove manifestazioni. Ma gli analisti assicurano che il pericolo di atti terroristici non è elevato. Gli ulema indonesiani intanto dichiarano: “I tre non sono martiri”.

Jakarta (AsiaNews) - I tre attentatori di Bali sono stati giustiziati 15 minuti dopo la mezzanotte di sabato e sono subito iniziate le manifestazioni di protesa da parte dei gruppi islamici indonesiani.

Per motivi di sicurezza, le autorità indonesiani avevano deciso di portare a termine l’esecuzione all’interno del carcere di Nusakambangan, dove i tre erano detenuti, e non in altri siti di cui i giornali locali avevano parlato nelle ultime settimane.

Le salme di Amrozi, Imam Samudra e Mukhlas sono state consegnate alle famiglie nella giornata di domenica e durante i riti funebri (nella foto un momento del funerale di Samudra) sono stati diversi i gesti di veemente protesa contro il governo e l’esecuzione dei tre, che in molti definiscono martiri dell’islam.

In vista della fucilazione diversi gruppi di militanti islamici avevano preannunciato violenze e proteste. A meno di ventiquattrore dall’esecuzione i sostenitori dei tre attentatori hanno inscenato manifestazioni nei villaggi di Serang, Lamongan e Tenggulun, dove vivono le famiglie dei terroristi. La polizia indonesiana è dovuta intervenire per mantenere l’ordine.

I legali dei tre attentatori di Bali hanno dichiarato che in occasione dei funerali non erano state programmate vere manifestazioni e preannunciato che invece queste si svolgeranno durante la settimana. Il Muslim defence team (Tpm) ha anche rivelato di voler muovere azione legale contro il procuratore generale con l’accusa gravi violazioni dei diritti umani nella vicenda dei loro assistiti. Questi fatti, insieme a dichiarazioni e minacce mosse da diversi esponenti del mondo islamico rendono teso il clima nell’isola. Reiterate minacce di attentati sono state fatte pervenire anche alle ambasciate australiane e statunitensi a Jakarta. La polizia è in stato di allerta a protezione di obiettivi sensibili in tutta l’isola, come alberghi e luoghi turistici. Già nella giornata di domenica sono stati eseguiti alcuni arresti e squadre speciali della polizia hanno pattugliato in modo massiccio le zone attorno alle abitazioni dei tre giustiziati.

Gli analisti della sicurezza affermano che il Paese non corre il rischio di gravi attentati perché il principale gruppo terroristico operante in Indonesia e legato ad Al Qaeda, la Jemaah Islamiyah, vive un momento di grave debolezza. Forti sono comunque le polemiche mosse da alcune fonti governative sulla strumentalizzazione politica dell’esecuzione. Esponenti dell’esecutivo hanno criticato televisioni e organi di stampa colpevoli di aver dato eccessiva pubblicità dell’avvenimento e così rinfocolato la tensione. I continui rinvii dell’esecuzione avevano esposto il governo a numerose critiche. La prime sentenze che comminavano ai tre la pena di morte risalivano a cinque anni fa: Amrozi era stato condannato il 7 agosto, Samudra il 10 settembre e Mukhlas il 2 novembre del 2003.

Oggi, nel tentativo di gettare acqua sul fuoco e non dar luogo ad un’escalation di violenze, è intervenuto anche il Consiglio indonesiano degli ulema (Mui). Il presidente Umar Shihab ha dichiarato che i tre attentatori di Bali “non sono morti come svuhada [martiri]. Chi uccide altre persone non può morire come martire a meno che queste non siano in guerra in nome delle religione. Ma noi non siamo in guerra, quindi non possiamo uccidere”.

Tuesday 4 November 2008

Jakarta: presidente, governo e musulmani moderati nel mirino dei fondamentalisti

di Mathias Hariyadi
Un sito web fondamentalista minaccia di morte il presidente, il vicepresidente e altri esponenti dell’esecutivo. Alla vigilia dell’esecuzione della strage di Bali, aumenta la tensione nel Paese e si temono nuovi attacchi. Nel mirino anche il presidente della più importante organizzazione musulmana moderata.

Jakarta (AsiaNews) – Il presidente Yudhoyono, il vicepresidente Jusuf Kalla, esponenti governativi di primo piano e un leader musulmano nel mirino dei fondamentalisti islamici, in procinto di scagliare attacchi contro i vertici politico-religiosi dell’Indonesia e trascinare il Paese nel caos.

L’allarme è stato lanciato – in forma anonima – da alcuni esponenti di primo della sicurezza; la minaccia è contenuta in alcuni siti-web nei quali si spiega che i leader governativi sono responsabili della condanna a morte di Amrozi, Imam Samudra e Ali Gufrom, meglio conosciuto come Mukhlas, autori della strage di Bali del 2002 e la cui esecuzione dovrebbe avvenire nei prossimi giorni.

La pena capitale comminata ai tre terroristi ha acuito la tensione nel Paese, dove da settimane sono predisposte ingenti misure di sicurezza; obiettivi sensibili non sono più solo l’ambasciata americana e altri edifici o centri filo-occidentali, ma le stesse riserve di carburante, le raffinerie e figure di spicco del panorama nazionale.

Una riunione d’emergenza del comitato di sicurezza ha predisposto i primi provvedimenti per rispondere al possibile attacco. Sulla vicenda è sceso anche il massimo riserbo: “Non possiamo fornire alcun dettaglio in merito alla faccenda”, avrebbe dichiarato il capo dell’intelligence indonesiana, il generale Syamsir Siregar al termine della riunione di gabinetto.

Le minacce sono apparse sul sito web www.foznawarabbilkakbah.com: gli interventi sono in forma anonima, ma il messaggio che traspare è chiaro e ribadito in tre lingue diverse: indonesiano, arabo e inglese. “Sparare al trio di combattenti islamici, provocherà la reazione di tutti gli altri combattenti” del Paese, si legge sul sito. Di seguito avvertimenti al presidente Youdhoyono, al vicepresidente Kalla, al Ministro indonesiano per i diritti umani Andi Mattalatta SH e a Kiai Hajj Hasyim Muzadi, presidente della più grande organizzazione musulmana del Paese, il Nahdlatul Ulama (Nu).

Nel comunicato si legge inoltre che potrà essere colpito chiunque avrà una “partecipazione attiva nella condanna a morte dei tre combattenti” ed è firmato dal trio. Due giorni fa Imam Samudra - anch'egli condannato a 8 anni di prigione per aver collaborato al massacro di Bali - aveva lanciato una personale “minaccia”, scrivendo di proprio pugno un messaggio in cui si afferma che “non c’è libertà per il sangue musulmano, versato a colpi di pistola”. Il Ministro indonesiano della difesa ha invitato il popolo a non farsi influenzare da questa campagna del terrore promossa dai fondamentalisti.

Monday 3 November 2008

Jakarta, massima allerta per l'imminente l’esecuzione dei terroristi di Bali

di Mathias Hariyadi
I 3 terroristi condannati per le bombe nel 2002 hanno presentato un nuovo ricorso alla Corte suprema, ma la Procura generale esclude altri rinvii. Minacce e timori di rappresaglie.

Jakarta (AsiaNews) – I 3 terroristi islamici condannati a morte per l’attentato dell’ottobre 2002 a Bali hanno presentato oggi un nuovo appello alla Corte Suprema, ma le autorità dicono che non ci saranno nuovi rinvii dell’imminente esecuzione. Intanto sono massime le misure di sicurezza, nel timore di attentati per ritorsione.

Il nuovo ricorso di Amrozi, Ali Ghufron e Imam Samudra (nella foto) lamenta che non sono stati “regolarmente informati” del rigetto del precedente appello. Ma un portavoce della Procura generale, competente a decidere sulla data dell’esecuzione, spiega che l’appello è “invalido” e inammissibile e non ci sarà un altro rinvio. I 3 sono stati condannati a morte per le bombe che nel 2002 a Bali hanno ucciso 202 persone, tra cui 88 turisti australiani.

Anche se la data dell’esecuzione non è nota, c’è stretto controllo della polizia al porto Cilacap che collega Java meridionale all’isola prigione di massima sicurezza di Nusakambangan, dove sono detenuti.

Bambang Winahyo, direttore del carcere, dice che i 3 appaiono calmi e pronti a morire e che ripetono di essere “martiri” per la causa di creare un califfato sudasiatico. Da oggi sono in isolamento e sono vietate le visite di parenti e legali, ritenuta ulteriore prova che l’esecuzione è imminente.

Massima allerta anche per gli obiettivi a rischio, come l’aeroporto internazionale Soekarno-Hatta, dopo che nei giorni scorsi pare ci siano state minacce di attentati di rappresaglia. Stretto controllo anche per centri commerciali, porti, ambasciate, chiese cristiane. A Poso (Sulawesi centrale), già teatro di duri scontri interconfessionali tra cristiani e islamici, è stato rinvenuto materiale per confezionare bombe. Protetti anche gli impianti industriali, dopo la scoperta del complotto per far esplodere i depositi di carburante della Pertamina a Plumpang (Jakarta settentrionale).

Intanto cresce la protesta di parte della popolazione. Nei giorni scorsi c’è stata la condanna pubblica di tale esecuzione da parte del Jamaah Anshorut Tauhid, gruppo fondato dal leader radicale islamico Abu Bakar Baasyr. urante il processo, anche i condannati hanno minacciato attacchi di rappresaglia da parte di gruppi musulmani.

Ieri il governo australiano ha “sconsigliato” ai suoi cittadini di recarsi in Indonesia in questi giorni; suscitando le rimostranze del portavoce del ministro indonesiano agli Esteri, Tauku Faizasyah, che ripete che la polizia è in grado di garantire la sicurezza dei cittadini esteri.

Saturday 1 November 2008

La ditta Lapindo Brantas “responsabile” per il mare di fango

di Mathias Hariyadi
Decine di geologi di fama mondiale concordano che l’eruzione di fango bollente a Porong sia conseguenza del carente scavo di un pozzo minerario. Da anni si discute chi debba pagare i danni e risarcire le migliaia di profughi.

Jakarta (AsiaNews) – La Lapindo Brantas Inc. è responsabile per la fuoriuscita del mare di fango bollente che in Indonesia ha allagato interi villaggi, interrotto strade e ferrovie e costretto migliaia di persone a lasciare la casa e il lavoro. Esperti riuniti in Sud Africa per discutere il problema, hanno concluso che il disastro è conseguenza dello scavo di un pozzo, per cercare gas, senza rispetto di cautele elementari.

Dal maggio 2006 dallo scavo a Porong, nella reggenza di Sidoarjo, provincia Java orientale, il fango bollente esce senza sosta, superando ogni tentativo di richiudere il pozzo ed invadendo una zona sempre più estesa.

La Lapindo Brantas, autrice dello scavo, ha sempre indicato quale causa una scossa sismica a Yogyakarta, Java centrale, distante 280 chilometri. Idea appoggiata dal governo e da vari ambienti politici.

Al convegno, cui hanno partecipato circa 90 geologi di fama internazionale, sono stati presenti sostenitori della tesi del terremoto, come il professore dell’Università di Oslo Adriano Mazzini e i geologi indonesiani Nurrochmat Sawolo e Bambang Istandi. Ma il professore Mark Tingay dell’università Curtin di Perth, il prof. Richard Davies e i professori Susila Lusiaga e Rudi Rubiandini dell’Istituto Bandung di Tecnologia hanno ribadito che il terremoto non “ha nulla a che fare” con l’eruzione del fango.

Alla fine i presenti hanno “votato”: quasi la metà ha concordato con le tesi di Davies e solo tre con quelle di Mazzini.

La Lapindo, controllata dal ministro indonesiano degli Affari sociali Aburizal Bakrie, stretto amico del vice presidente Jusuf Kalla e tra i più ricchi uomini del Paese, non ha finora risarcito le migliaia di danneggiati e di recente ha espresso l’intenzione di non proseguire i tentativi di arrestare l’uscita del fango, per l’alto costo economico.

Friday 31 October 2008

Il parlamento indonesiano approva la legge antipornografia

di Mathias Hariyadi
I deputati presenti hanno votato all’unanimità il decreto. Alle operazioni di voto non hanno partecipato, in segno di protesta, i partiti dell’opposizione, mente nei forum del Paese esplode il dissenso. La Corte di Jakarta condanna al carcere un leader fondamentalisti islamico, colpevole di aver fomentato gli scontri del giugno scorso.

Jakarta (AsiaNews) – In parlamento, assenti i deputati di opposizione, l’approvazione della legge antipornografia è stata accolta da grida di giubilo e preghiere ad Allah; nei forum dei quotidiani on-line del Paese si è invece scatenata la rivolta di privati cittadini che denunciano “il passo indietro” compiuto dall’Indonesia e definiscono la decisione “oscurantista”.

Oggi la Camera dei deputati ha ratificato la controversa norma anti-pornografia, la Undang-undang Pornografi, Uu App, al centro delle polemiche perché accusata di voler introdurre la Sharia (la legge islamica) e trasformare la nazione sul modello dell’Arabia Saudita. Nelle scorse settimane attivisti per i diritti umani, minoranze politiche e religiose, fra le quali la Chiesa cattolica, hanno contestato con forza il testo legislativo. Esso, secondo gli oppositori, oltre a cancellare le differenze “culturali” presenti nel Paese e metterne a rischio “l’unità nazionale”, sarebbe un tentativo dell’ala fondamentalista islamica di introdurre la legge islamica.

I deputati hanno approvato pressoché all’unanimità il passaggio della legge antipornografia, ma va chiarito che in sede di voto non erano presenti né il partito nazionalista indonesiano pro-democrazia (Pdip), né lo schieramento di ispirazione cristiana Peace Prosperous Party (Pds). Essi hanno deciso di non entrare in aula per le votazioni, in segno di protesta contro la legge.
Una sostenitrice della norma, Lasmiantini del Salima (le Sorelle musulmane), esulta: “Ishallah, se Dio vuole finalmente in Indonesia si assisterà a una rinascita della morale”. “Siamo felici – dice l’attivista – perché abbiamo vinto la battaglia in difesa dei nostri bambini, e servirà anche a proteggere le donne”. Verranno promossi “programmi televisivi educativi” e di “qualità”, che serviranno ad accrescere i “valori morali” alla base della società. Gli attivisti riferiscono inoltre che vi potranno essere delle migliorie alla legge per “evitare gli eccessi”, ma la definiscono “un buon inizio” e negano che vi siano stati pareri contrari “al passaggio della norma in alcune province”.

Meuthia Hatta, figlia di Mohammad Hatta – uno dei padri fondatori della nazione – chiarisce che essa “non viola i principi della libertà di espressione”, ma serve a proteggere i cittadini dai danni causati dalla pornografia. “Abbiamo incentrato la nostra attenzione su questo aspetto – dice il Ministro per la responsabilizzazione della donna – piuttosto che limitarci alle schermaglie politiche con i gruppi nazionalisti e le Ong”.

Ieri, intanto, la Corte centrale di Jakarta ha emesso una sentenza significativa nella lotta al fondamentalismo islamico. Il giudice Panusunan Harahap ha condannato a un anno e mezzo di galera Habib Rizieq Shihab, leader del Fronte dei difensori dell’Islam (Fpi), perché avrebbe “fomentato gli scontri del primo giugno scorso a Jakarta fra musulmani radicali e la frangia moderata”, che manifestava per chiedere la libertà religiosa nel Paese. I fondamentalisti islamici hanno attaccato i moderati dell’Alleanza nazionale per la libertà religiosa (Akkbb), che dimostrava in modo pacifico il suo appoggio agli Ahmadi, una piccola comunità (500mila fedeli) considerata eretica in diversi Paesi musulmani, fra cui il Pakistan e l’Arabia Saudita.

Wednesday 29 October 2008

Jakarta, sacerdoti e attivisti cristiani, primo bersaglio dei terroristi islamici

di Mathias Hariyadi
Lo dice un portavoce della polizia, dopo indagini seguite all’arresto di pericolosi terroristi. C’è un vero cambio di strategia, che mira anzitutto a obiettivi “nazionali” e a impedire un dialogo interreligioso.

Jakarta (AsiaNews) – Nuova strategia per i terroristi islamici, con attentati diretti non più solo contro obiettivi collegati con gli Stati Uniti, ma anzitutto contro sacerdoti e attivisti cristiani e contro strutture importanti del Paese. E’ quanto emerge dalle più recenti indagini, mentre permane il rischio-attentati in attesa dell’esecuzione dei 3 responsabili della strage di Bali dell’ottobre 2002 (nella foto), fissata per l’inizio di novembre.

Lo ha rivelato oggi il portavoce della polizia, ispettore Abubakar Nataprawira, durante una conferenza stampa sui risultati delle indagini seguite all’arresto il 21 ottobre di militanti islamici a Kelapa Ganding (Jakarta settentrionale), tutti membri del nuovo gruppo Tauhid Wal Jihad. “Progettano – ha spiegato – attentati contro sacerdoti e attivisti cristiani per la pace, che sono coinvolti a promuovere la pace e le attività interconfessionali per denunciare gli attacchi terroristi”. Tra i loro obiettivi ci sono anche strutture importanti come il deposito di carburante della Pertamina a Plumpang, il maggiore di Jakarta settentrionale, contro il quale si ritiene fosse in preparazione un attentato. Il gruppo vuole anche attuare un massiccio reclutamento di elementi estremisti nei prossimi 6 mesi, come pure “l’importazione di armi dall’estero”.

Tra gli arrestati c’è anche Wahyu, latitante dal 2005 e primo ricercato dalla polizia, responsabile di vari attentati terroristi a Poso e ad Ambon, anche contro la polizia, nel 2005 durante la guerra settaria del 2005-06.

Ci si chiede se in questa strategia rientri anche la brutale aggressione contro padre Benny Susetyo, segretario della Commissione per il dialogo interreligioso della Conferenza episcopale indonesiana, che l’11 agosto ignoti hanno pestato con violenza nella zona sud di Jakarta.

Monday 27 October 2008

Attentatori di Bali: per l’islam sono eroi o criminali?

di Mathias Hariyadi
Pareri contrastanti nel mondo musulmano indonesiano sui metodi utilizzati da Amrozi e compagni per promuovere la “guerra santa”. Alcuni li considerano dei “protagonisti della lotta”, altri definiscono il loro gesto “sproporzionato”. L’esecuzione fissata per i primi di novembre; cresce l’allarme sicurezza nel Paese.

Jakarta (AsiaNews) – Reazioni contrastanti nel mondo islamico indonesiano alla notizia della esecuzione, fissata per i primi di novembre, dei tre responsabili della strage di Bali, nel 2002, nella quale morirono oltre 200 persone. Se una parte delle scuole craniche fondamentaliste celebra gli attentatori quali “eroi” e protagonisti della “guerra santa”, altri definiscono l’attacco “una risposta sproporzionata” all’oppressione del mondo islamico e stigmatizzano l’uccisione di persone innocenti.

Il 24 ottobre scorso il generale Bambang Hendarso Danuri, capo della polizia indonesiana, ha confermato che il plotone di elite della polizia, conosciuto con il nome di Brimob, sta approntando gli ultimi preparativi per procedere all’esecuzione di Amrozi, Imam Samudra e Ali Gufron, fratello maggiore di Amrozi detto anche Mukhlas. “Affronteranno il plotone di esecuzione ai primi di novembre”, annuncia il generale Danuri, senza specificare il giorno preciso. Egli riferisce anche la richiesta, arrivata personalmente dal trio, di seppellire i cadaveri nei luoghi d’origine. Amrozi e Mukhlas a Lamongan, nella provincia di East Java, e Imam Samudra a Serang, nella provincia di Banten.

Il generale Danuri conferma un rafforzamento generale delle misure di sicurezza nel Paese; sotto controllo nuovi “obiettivi sensibili” che si aggiungono ai luoghi in cui vi è una presenza di cittadini o istituzioni americane, possibili target di attacchi terroristici. Il 21 ottobre le forze della sicurezza hanno sventato un attentato al maxi deposito di carburante a nord della capitale.

I familiari di Amrozi hanno annunciato di voler visitare “per l’ultima volta” i loro congiunti nel carcere di massima sicurezza di Nusakambangan, nel distretto di Cilacap; Lulu Jamaluddin, fratello minore di Imam Samudra, ne ribadisce l’assoluta innocenza: “Credo fermamente – sottolinea Lulu Jamaluddin – che l’attacco bomba non sia opera dei tre accusati”.

Nel mondo musulmano indonesiano si moltiplicano le voci a sostegno di Amrozi e dei suoi compagni. Solidarietà viene espressa dagli studenti della scuola islamica Darusy Syahadah, per i quali essi sono “combattenti” della “guerra santa”. “Sono persone come noi – afferma Nawawi, studente 18enne – volevano solo compiere un’opera buona”. Gli esperti di terrorismo spiegano che la scuola cranica di Darusy Syahadah è stata a lungo un centro di reclutamento e indottrinamento della Jemaah Islamiah, il gruppo fondamentalista indonesiano legato ad al Qaeda. Fra i suoi alunni figurava anche Salik Firdaus, l’attentatore suicida che si è fatto esplodere nel 2005 a Bali uccidendo 20 persone.

Gli esperti di terrorismo internazionale sottolineano però che il quadro del Paese è molto più “complesso e articolato”, tanto che il sostegno alla lotta promossa dalla Jemaah Islamiah è crollato dopo i ripetuti attacchi che hanno causato numerose perdite fra i civili. Molte scuole infatti, pur appoggiando la “guerra santa”, hanno subito l’influenza della politica governativa volta allo “sradicamento” del terrorismo, che ha in parte bloccato le stragi. Anche il direttore della scuola islamica Darusy Syahadah, Mustaquim, conferma che le motivazioni alla base degli attentati suicida sono “nobili”, ma il “metodo” è sbagliato.

Alla scuola coranica al-Mukmin di Ngriki, fondata dal capo spirituale di Jemaah Islamiah Abu Bakar Bashir, si rende omaggio ai terroristi, ma le opinioni sono discordanti. Secondo il leader fondamentalista Bashir, l’attacco a Bali del 2002 è opera di una “micro-bomba contente testate nucleari” piazzate dalla Cia, perché l’ordigno innescato da Amrozi e dai compagni avrebbe solo “distrutto qualche vetro, causando al massimo pochi feriti”. Parere diverso arriva invece dal preside della scuola, Wahyudin, che definisce gli attacchi bomba indiscriminati a bar e night-club dell’isola di Bali una “risposta sproporzionata alla politica di oppressione globale verso i musulmani”.

Friday 24 October 2008

Jamais chalaud!

YOU WILL NEVER BE SORRY..
...for thinking before acting.
...for hearing before judging.

...for forgiving your enemies.
...for being candid and frank.

...for helping a fallen brother.
...for being honest in business.

...for thinking before speaking.
...for being loyal to your church.

...for standing by your principles.
...for closing your ears to gossip.

...for bridling a slanderous tongue.
...for harboring pure thoughts.

...for sympathizing with the afflicted.
...for being courteous and kind to all.

Thursday 23 October 2008

Massima allerta a Bali per il rischio di attentati

di Mathias Hariyadi
La polizia indonesiana ha sventato un attacco terroristico contro un maxi deposito di carburante a nord di Jakarta. Lo stato di allerta è motivato anche dalla probabile esecuzione degli attentatori che nel 2002 uccisero a Bali 202 persone.

Jakarta (AsiaNews) – La polizia indonesiana in allerta a Bali. Le forze di sicurezza di Jakarta hanno deciso lo stato di massima attenzione dopo aver sventato l’attentato ad un maxi deposito di carburante a nord della capitale. L’operazione, condotta nella giornata di ieri, ha portato all’individuazione di sette sospetti, cinque dei quali sono già stati catturati. Tra gli arrestati figura anche Wahyu Ramadhan, militante islamico nella lista dei pluriricercati dei corpi speciali anti-terrorismo del Paese. Nell’abitazione usata da Wahyu come base di appoggio nella capitale, gli inquirenti hanno ritrovato munizioni e tritolo. Le indagini hanno permesso alla polizia di scoprire che il materiale esplosivo era destinato ad un attentato terroristico previsto per il pomeriggio di oggi ad un deposito di carburante a Plumpang.

Se l’attacco fosse andato a segno, non solo la capitale, ma tutta l’isola di Giava sarebbe caduta nella confusione. Secondo alcuni esperti della sicurezza del Paese, anche le isole Kalimantan e Sulawesi avrebbero sofferto gravi ripercussioni per l’improvvisa mancanza di energia proveniente dal deposito di Plumpang, di proprietà della compagnia Petramina.

Come rivelato dalla polizia indonesiana, i terroristi avevano progettato l’attacco da diverso tempo e vivevano nel distretto di Kelapa Gading, nella zona nord di Jakarta, a pochi chilometri dall’obiettivo. Gli agenti indonesiani erano sulle loro tracce da alcuni mesi. Come dichiarato dal portavoce delle forze di polizia, il generale di brigata Sulistyo Ishak, i terroristi appartengono al gruppo terroristico Kompak.che “ha costruito forti relazioni con altri militanti di Singapore”. “Tra questi gruppi figurano Jemaah Islamiyah, Jundullah ed il Negara Islam Indonesia. Tutti questi gruppi fondamentalisti - ha aggiunto Ishak - sono collegati nei loro sforzi per istituire uno lo Stato islamico indonesiano”.

La decisione della polizia di ordinare l’allerta a Bali è legata soprattutto all’imminente esecuzione degli autori dell’attentato avvenuto nell’isola nel 2002. Entro venerdì dovrebbero essere comunicati sia il luogo sia il giorno della fucilazione dei tre militanti islamici. In vista dell’annuncio la polizia indonesiana ha aumentato il dispiegamento di forze nel distretto di Cilacap e a Bali.

Il livello di sicurezza è aumentato anche nel porto di Wijaya Pura, dove transitano i traghetti provenienti dalla prigione di Nusakambangan in cui sono detenuti Amrozi, Imam Samudra e Ali Ghufron.

A Bali inoltre sono in corso gli Asian beach game ospitati a Kuta, una delle zone turistiche più note dell’isola.

L’allerta deciso dalla polizia è motivato anche dalle ripetute minacce di vendetta fatte dai tre condannati e dai loro sostenitori nel corso del processo

Wednesday 22 October 2008

Ayah pun bisa lupa juga ya...

Dengar Nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap dibawah pipimu dan rambutmu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika Ayah sedang membaca koran di ruang perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah dating masuk menghampiri pembaringanmu.

Ada hal-hal yang Ayah pikirkan ,Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu Ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai .

Saat makan pagi Ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu.Kau meletakkan sikumu diatas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu. Dan begitu kau mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru , “Selamat jalan Ayah!” dan Ayah mengerutkan dahi, lau menjawab , “Tegakkan bahumu!”

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang lubang pada kaos kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. Kaus kaki mahal- dan kalau kau yang harus membelinya , kau akan lebih berhati-hati! Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikiran seorang ayah!

Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang membaca di ruang perpustakaan bagaimana kau datang dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang Koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu . “Kau mau apa?” semprot Ayah.

Kau tidak berkata sepatahpun, melainkan berlari melintas dan melompat ke arah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher saya dan mencium Ayah, tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah Tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.

Nah, Nak, sesaat setelah koran itu jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan ? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca – ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai anak lelaki. Bukan berarti Ayah tidak mencintaimu; Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukkan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium Ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagimalam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut disana dengan rasa malu!

Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah ; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah kan menjadi Ayah sejati ! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah Ayah kalau kata-kata tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkannya kata ini seolah-olah sebuah ritual: “Dia cuma seorang anak kecil-anak lelaki kecil!”

Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang lelaki . Namun , saat Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu, kepalamu berada di bahu ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.

Note : Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan . Hal itu jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripadaa kritik; dan melahirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati . “ Untuk benar-benar mengenal semua , kita harus memaafkan semua .”

Seperti yangdikatakan Dr.Johnson :Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhir hari-harinya.”Mengapa saya dan Anda harus melakukannya?

Respinta l’ultima richiesta dei tre condannati per l’attentato di Bali

21/10/2008 11:44
INDONESIA

di Mathias Hariyadi
La Corte costituzionale indonesiana ha confermato la legittimità della fucilazione. Rigettata la domanda dei legali di uno dei tre, Amrozi bin H. Nurhasyim. Il Tim Pengacara Muslim chiedeva l’esecuzione per decapitazione, rispettosa della legge islamica e senza agonia.

Jakarta (AsiaNews) – La pena di morte verrà eseguita per fucilazione e non per decapitazione. È l’ultimo capitolo della vicenda giudiziaria dei tre attentatori che nell’ottobre del 2002 uccisero 202 persone a Bali. La Corte costituzionale indonesiana, il Mahkamah Konstitusi, ha respinto in maniera definitiva la richiesta degli avvocati di uno dei tre accusati, Amrozi bin H. Nurhasyim (nella foto insieme ai suoi legali). Il Tim Pengacara Muslim (Tpm) che assiste l’accusato aveva riproposto la richiesta di decapitazione perché più consona alla legge islamica e meno straziante dell’agonia che segue la fucilazione.

La legge indonesiana prevede che le fucilazioni siano eseguite da un plotone di poliziotti scelti conosciuto con il nome di Brimob. Dei dodici componenti della brigata d'elite, sei hanno l’arma caricata a salve. Il condannato può scegliere di rimanere in piedi o seduto, bendato, con il volto coperto o scoperto.

Il Mahkamah Konstitusi ha ribadito la legittimità del metodo di esecuzione e così rigettato l’ultimo tentativo di revisione della sentenza. L’ultimo ricorso presentato dagli attentatori era stato respinto nel settembre 2007 e da allora si attende l’esecuzione. La data prevista per la fucilazione dovrebbe essere annunciata dal Procuratore generale entro venerdì 24 ottobre

La vicenda giudiziaria di Amrozi, Imam Samudra e Ali Gufron si protrae dal 2003, da quando cioè sono stati condannati a morte dalla Corte del distretto di Denpasar. Le rivendicazioni islamiche dei tre attentatori e la campagna mediatica svolta dai legali del Tpm hanno trascinato sino ad oggi la vicenda. La notizia diffusa nei giorni scorsi, secondo la quale i condannati sono stati sottoposti alle visite mediche preliminari all’esecuzione, fa presupporre che questa sia ormai imminente.

Aspartame Mengintai Kesehatan

Hati-hati dengan produk makanan dan minuman yang mengandung Aspartame karena dapat menyebabkan pengerasan otak atau sumsum tulang belakang dan lupus.

Saat ini sedang ada wabah Pengerasan Otak atau Sumsum Tulang Belakang dan Lupus. Kebanyakan orang tidak mengerti mengapa wabah ini terjadi dan mereka tidak mengetahui mengapa penyakit-penyakit ini begitu merajalela. Saya akan beritahu Anda mengapa kita menghadapi masalah yang serius ini. Saat ini banyak orang menggunakan pemanis buatan.

Mereka melakukan ini karena iklan di televisi yang memberitakan bahwa gula itu tidak baik buat kesehatan mereka. Hal ini memang benar sekali. Gula itu merupakan racun bagi tubuh kita, akan tetapi, apa yang orang-orang gunakan sebagai pengganti gula, lebih mematikan. Apa yang saya maksudkan di sini adalah Aspartame. Ini adalah biang wabah yang disebutkan di atas. Aspartame merupakan bahan kimia yang mengandung racun, yang diproduksi oleh perusahaan kimia bernama Monsanto. Aspartame telah dipasarkan ke seluruh dunia sebagai pengganti gula dan dapat dijumpai pada semua jenis minuman ringan untuk diet, seperti Diet Coke dan Diet Pepsi.

Hal ini juga dapat dijumpai pada produk pemanis buatan seperti Nutra Sweet, Equal, dan Spoonful; dan ini banyak digunakan di produk-produk pengganti gula. Aspartame dipasarkan sebagai satu produk diet, tapi ini sama sekali bukanlah produk untuk diet. Kenyataannya, ini dapat menyebabkan berat tubuh bertambah karena dapat membuat Anda kecanduan karbohidrat.

Membuat berat tubuh Anda bertambah hanyalah sebuah hal kecil yang dapat dilakukan oleh Aspartame. Aspartame adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi pada otak dan sungguh mematikan bagi orang yang menderita parkinson.

Bagi penderita diabetes, hati-hatilah bila mengkonsumsi untuk jangka waktu lama atas produk yang mengandung Aspartame ini, karena dapat menyebabkan koma, bahkan meninggal. Bila ada produk yang mengklaim bahwa produk itu bebas gula, Anda Sudah tahu bahwa hal ini mengandung Aspartame. Jangan mengkonsumsi produk tersebut.

Salah satu minuman suplemen yang mengandung ASPARTAME adalah serbuk effervescent EXTRA JOSS! Pada kemasan tertulis: Mengandung Aspartame 0,06% [ADI 40 mg/kg BB].

Berdasarkan hasil survei di salah satu supermarket di Bandung, selain EXTRA JOSS, produk-produk minuman lainnya yang juga mengandung ASPARTAME yaitu M-150, Hemaviton, Neo Hormoviton, Marimas, Hore..., Frutillo, Segar Sari, POP ICE Es Blender, Segar... Dingin, OKKY Jelly Drink, Sari Vit C, Naturade Gold, AQUA Splash of Fruit, FORTY PLUS.

Beritahukan semua orang yang Anda kenal dan sayangi akan bahaya dari produk yang mengandung Aspartame.

Author: Penelitian Badan POM (Pengawasan Obat & Makanan) - JKT
Yoyok_S
QA Dept PT Prafa
Ph. +62 (0) 21 8751066
Fax.+62 (0) 21 8754094

"Be Veg. Go Green. Save the Planet"

Allah Suka Padamu ...

Kalau Dia punya dompet, pasti fotomu disimpan didalam-nya,
Kalau Dia punya kulkas, fotomu pasti disimpan di pintunya,
Dia mengirim bunga untukmu setiap musim semi dan matahari terbit setiap pagi,
Kalau kamu ingin bicara, Dia pasti mau mendengarkan.
Sebenarnya Dia bisa tinggal dimana saja di alam semesta ini,
dan Dia memilih hatimu. Terima saja sobat, Dia tergila-gila padamu!
Kayak nya mungkin kamu susah sekali percaya bahwa Allah mengenal namamu.
Dia benar benar mengenal namamu (Yes45:3-4) .
Tertulis ditelapak tangan-Nya,diucapka n dengan mulut-Nya,
Dibisikkan dengan bibir-Nya, Namamu.
Hati kita tidak cukup besar untuk memuat semua berkat yang ingin Allah berikan.

Jadi, coba ini :
Kalau matahari terbit membuatmu begitu takjub sampai menahan nafas, atau bunga bunga di padang membuatmu begitu terpesona, sampai tidak bisa berkata kata tetaplah seperti itu.
Tidak perlu mengatakan apa-apa dan dengarkan sorga berbisik,
"Kau suka itu? Aku melakukannya hanya untukmu"
Kalau kita saja suka memberi hadiah hadiah untuk menunjukkan kasih sayang kita,apalagi Dia?

Bisa saja Dia biarkan bumi ini datar dan berwarna abu-abu, tapi Dia tidak begitu.
Dipercikan-Nya warna jingga pada matahari terbit,
Dan diberi-Nya warna biru pada langit.
Dan kalau kamu suka melihat sekawanan angsa yang sedang berkumpul, kamu juga pasti bisa melihatNya.

Apa Dia harus menjadikan bulu ekor musang empuk dan lembutnya?
Apa Dia harus membuat burung- burung berkicau?
Dan lucunya ayam berjalan tergopoh gopoh.
Atau dasyatnya gelegar guntur ? Mengapa Dia memberi aroma bagi bunga?
Mengapa Dia memberi rasa pada makanan?
Mungkinkah itu semua karena Dia suka sekali melihat raut wajahmu?
Jadi berjanjilah, kamu tidak akan lupa, bahwa kamu bukan suatu kebetulan atau kejadian.. kamu adalah karunia bagi dunia.
Karya seni sorgawi, tanda tangan Allah.

(Engkau menenunku didalam kandungan ibuku, Mazmur 139:13)
kamu ditenun/rajutNya, Kamu bukan produksi massal, kamu bukan hasil buatan mesin.
Kamu dirancang secara khusus, diberi karunia khusus,dan ditempatkan di dunia ini

dengan penuh kasih..oleh sang Pencipta Agung.

MenurutNya kamu adalah hal terindah yang melesat turun dari puncak dalam sekejap.
Menolehlah kepinggir jalan, lihat,
Allah sedang bersorak sorak memberimu dukungan dalam lomba lari.
Coba lihat ke depan ke garis akhir, lihat Allah sedang bertepuk tangan memuji langkahmu.

Allah ada bagimu
Kalau Allah punya kalender,pasti tanggal ulang tahunmu sudah di lingkari.
Kalau Dia menyetir mobil, pasti namamu sudah tertulis di bemperNya,
Kalau ada pohon di sorga, pasti Dia sudah mengukir namamu dibatangnya.
Mungkin kamu tidak mau menggangu Allah dengan lukamu.
Tetapi "Dia yang memelihara kamu" ( 1 Petrus 5:7 )

Dia menunggumu, untuk memelukmu. dalam keberhasilan dan kegagalanmu.
Bapa Sorgawi sangat menyayangimu dan hanya ingin memberikan kasih-Nya
kepadamu.
Tanpa dibatasi oleh waktu, Allah melihat kita semua.
Gelandangan & anak terlantar, semuanya.
Dia melihat kita sebelum kita dilahirkan. Dan Dia suka dengan semua yang
dilihatNya.
Dengan luapan emosi, penuh kebanggaan,sang Pencipta bintang itu menoleh ke
arah kita,
satu persatu dan mengatakan "Engkau anakKu, Aku sangat mengasihimu"

Aku tahu, suatu hari nanti, engkau akan berpaling dariKu
dan menjauh. Tetapi Aku ingin engkau tahu,Aku telah menyediakan jalan
pulang bagimu.
Kamu telah memikat hati Allah. Dia tidak sanggup hidup tanpamu.
Impian Allah, membawamu dengan denganNya.
Dan jalan menuju salib, memberitahu kita, sejauh apa jalan yang Allah
tempuh
untuk memanggil kita kembali kepadaNya.
"Apa yang bisa membuatKu berhenti mengasihimu? "tanya Allah.
"Ingin tahu berapa lama kasihKu akan bertahan?
Lihat saja, Aku bicara dalam bahasamu,tidur diduniamu, dan merasakan
sakitmu.
temukan jawabannya diatas kayu salib itu,di atas bukit berbatu itu.
Itulah bukti besarnya kasihKu kepadamu"

Masih banyak yang Allah lakukan selain mengampuni kesalahan kita,
Dia menghapusnya! kita hanya harus membawa kesalahan kita kepadaNya.
Kamu bisa bicara dengan Allah karena Allah pasti mendengarkan.
Biar saja air mata menetes dipipimu Ia akan menyekanya.

Dia telah mengutus malaikat malaikat Nya untuk menjagaimu(Maz. 91:11),
Roh KudusNya untuk tinggal didalammu. Gereja Nya untuk mendukung mu
dan pedangNya untuk mempimpin mu.

Sebesar kerinduan mu untuk bertemu dengannya,
lebih besar lagi kerinduanNya untuk bertemu denganmu.
Kalau kamu menyetuh hati Allah, pakai lah nama sebutan yang paling Ia sukai
panggil dia "Bapa"

Menurut Allah, kamu indah!
(by Max Lucado)

__________________________________________________________________________

"If you start judging people you will be having no time to love them....."

God Bless You All

~ NV ~