Wednesday 7 May 2008

Mister Bean, Manusia Super Tengil

Rowan Atkinson, Sukses Si Tengil Mr. Bean

MEMBUNGKUS perangai anak laki-laki umur sembilan tahun ke dalam raga manusia dewasa bernama Mr Bean adalah prestasi paling hebat Rowan Atkinson (42) sejak menekuni karier di seni peran mulai 1977. Milyaran pemirsa televisi yang menyukai serial komedi Mr Bean karena mampu mengocok perut membuktikan betapa penulis ide dan penggagas cerita, Rowan Atkinson, seorang brilyan. Di tangan Atkinson, jadilah Mr Bean profil tipikal seorang anak laki-laki lengkap dengan perangainya yang khas dan cenderung egomaniak.

"Harap jangan keliru menafsirkan profil Mr Bean sebagai pria dewasa berjiwa kanak-kanak. Sebaliknya, ia adalah anak-anak yang jiwanya "terkurung" dalam tubuh manusia dewasa," kata Atkinson menjawab Associated Press.

Profil Mr Bean menjadi sangat stereotip: nakal, suka usil, suka membuat onar, dan menikmati "penderitaan" orang lain tanpa rasa salah. Sesuai format kreasi Atkinson seperti tayangan jaringan televisi ITV dan HBO, Mr Bean adalah pribadi berperangai tengil alias menyebalkan,egosentrik, jorok, dan troublemaker (pembuat onar). Itulah karakter rekaan yang nyaris mirip dengan tokoh Bart Simpson dalam film kartun The Simpsons.

"Dalam format televisi yang lamanya setengah jam, Mr Bean adalah profil anak laki-laki yang cenderung memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri alias egosentrik. Mr Bean egois dan gampang sekali terbakar emosinya bila tersinggung atau terhalang keinginan- keinginannya," jelas Atkinson seperti dikutip TV Guide.

"Mr Bean maunya mencoba sikat gigi terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan membeli alat gosok gigi itu. Ia hidup dalam dunianya sendiri dan soliter," tandas bapak dua anak bernama Lily dan Ben, hasil perkawinannya dengan Sunetra Sastry.

Atkinson berpendapat, karakter stereotip Mr Bean yang tengil justru menjadi daya tarik kuat hingga banyak pemirsa televisi, terlebih anak-anak, menggandrunginya.

"Anak-anak jatuh hati pada Mr Bean, karena lewat profil itu mereka secara tak sadar bisa menemukan cerminan. Egosentrisme dan egoisme, dua perangai dominan dalam hidup anak, tercermin kuat dalam Mr Bean. Orang melihatnya sebagai tontotan menghibur," jelas Atkinson, penggemar olahraga otomotif dan kolektor berbagai mobil sport yang kini bermukim di Oxfordshire, Inggris.
***
LAHIR 8 Januari 1956 sebagai anak bungsu pasangan Eric Atkinson-Ella May (dua kakaknya bernama Rupert dan Rodney), Rowan Atkinson banyak menghabiskan masa kecil dan remajanya di kawasan perkebunan Newcastle-Upon-Tyne, Durham, tanah kelahirannya. Meraih gelar insinyur elektro dari Universitas Newcastle dan Master of Science dari Universitas
Oxford, Atkinson semula bercita-cita menjadi peneliti di sebuah laboratorium riset.
Ternyata, justru di Oxford itulah minat Atkinson akan kesenian tumbuh. Jiwa keseniannya ikut tertantang ketika mulai terlibat dalam sejumlah pementasan tontonan komedi-situasi. Peluang membuktikan diri berbakat sebagai entertainer dalam seni peran terbuka lebar, ketika Richard Curtis, teman kuliahnya, mendesaknya naik pentas di panggung Oxford Playhouse. Tanpa diduga, penampilannya dalam forum seni di lingkungan Oxford itu sukses. Dalam skenario rancangan Curtis, Atkinson dipasang untuk memerankan tokoh Ron Anderson, profil manusia tamak sekaligus egois. Meski tak mudah, ia berhasil memerankannya.

Duet Atkinson-Curtis makin produktif menggarap naskah-naskah drama komedi-situasi. Tahun 1977 mereka mementaskan satu karyanya dalam Festival Internasional Fringe di Edinburg, Skotlandia, sebuah forum festival kesenian terbesar di kawasan Eropa.

Namun, jalan lapang Atkinson menuju sukses dalam industri hiburan baru terbuka lebar, menyusul penampilannya di Hampstead Theathre 1978.Sukses itu menarik minat para produser acara televisi hingga membujuknya agar bergabung. Alih-alih menerima tawaran itu, Atkinson memilih berpentas dalam Not the Nine O'Clock News, serial produksi jaringan televisi BBC-TV arahan Mel Smith yang menggarap film The Tall Guy.

Tanpa diduga, Atkinson meraih sukses hingga serial itu mendapat penghargaan The International Emmy Award. Penampilannya yang cemerlang dalam serial itu memenangkan The British Academy Award 1980 untuk kategoriTayangan Hiburan Ringan. Melengkapi itu, Atkinson langsung dinobatkan sebagai "The BBC Personality of The Year".
***
Minat dan bakat sama mengkondisikan hubungan kerja sama antara Atkinson- dan Curtis makin erat. Awal tahun 1983 mereka mulai menggarap naskah-naskah drama tragedi-situasi The Black Adder dan selanjutnya The Thin Blue Lines (1995), produksi BBC-TV. Jauh sebelumnya, Atkinson aktif mementaskan The Nerd di London's West End. Itu diikuti perjalanan keliling dunia mempromosikan karya solonya Rowan Atkinson at the Atkinson. Namun, pentasnya di Manhattan, New York tak disambut hangat publik Amerika Serikat.

"Bukannya tak bisa dipahami, kalau penggemar terbesar komedi-situasi itu berasal dari Inggris dan bukan Amerika," ujar Franc Rich, kritikus drama dari The New York Times mengomentari Atkinson yang dianggap "gagal" memikat publik AS.

Kegagalan itu tak melemahkan Atkinson dalam menulis naskah-naskah drama komedi-situasi, apalagi Curtis tetap kooperatif. Jalan mulus menuju sukses terbuka, ketika bersama Curtis ia memproduksi dan membintangi sendiri serial Mr Bean, mengisahkan tentang satu tokoh rekaannya yang senang membanyol lebih dengan gerak-gerik mimik dan gestures daripada kata-kata.

Atkinson sadar, komedinya sangat British style, yang berbeda jauh dari komedi Amerika yang lebih mementingkan komunikasi dengan para penonton lewat rentetan kata-kata.

"Publik Amerika Serikat terbiasa dengan komedi verbal. Sementara Mr Bean yang berasal dari tradisi kesenian Inggris lebih suka berkomunikasi lewat gerak tubuh dan ekspresi mimik," jelas pemeran konsul Inggris Small-Fawcett dalam Never Say, Never Again (1983) di mana ia bertemu bintang James "007" Bond Sean Connery dan cewek-nya Kim Bassinger.

"Mr Bean dan The Black Adder adalah dua setting peran sangat berbeda. Mr Bean pada dasarnya jenis komedi mini-kata, sementara The Black Adder justru banyak mengobral kata," ujarnya menjawab Rob Salam dari The Toronto Star dan CFRB Radio beberapa waktu lalu.

Meski awalnya susah menembus publik Amerika Serikat, namun sukses besar 12 episode serial Mr Bean tayangan ITV dan HBO tak urung menarik minat PolyGram Filmed Entertainment. Jadilah, penggemar serial drama teve ER dan Chicago Hope ini memerankan tokoh sama dalam "Mr Bean, The Ultimate Disaster Movie", format baru Mr Bean dalam layar lebar.
***
TAMPAKNYA banyak penggemar Mr Bean sudah telanjur salah mempersepsikan Atkinson sebagai pelawak. Padahal berperan sebagai penjahat dalam The Witches (1990) di mana Angelica Houston bermain cemerlang, Atkinson mampu "bermain" serius. Dalam Four Weddings and A Funeral (1994), ia malah memerankan tokoh pastor. Sementara dalam The Lion King (1994), ia menjual suara dalam perannya sebagai Zazu.

Apalah artinya itu dibanding popularitasnya memerankan Mr Bean. Saking banyaknya penggemarnya, pernah suatu kali Atkinson terpaksa minta asosiasi film Italia tak memutar filmnya agar ia bisa berlibur tenang tanpa gangguan diuber-uber fans. Sebuah bukti betapa Atkinson memang piawai mengemas ketengilan menjadi sumber kelucuan yang mendatangkan
banyak duit. (Mathias Hariyadi)


Written and posted by Mathias Hariyadi
First published by Kompas, Wednesday, 31 December 1997
Source: Database Kliping MATHIAS HARIYADI
222.124.78.117
Rowan Atkinsons, Sukses Si Tengil "Mr Bean" *Box
KOMPAS - Rabu, 31 Dec 1997 Halaman: 20
Penulis: RYI Ukuran: 7776

No comments: