Sunday, 14 September 2008

Ujung Genteng, Pantai Pijat Plus ++ (Part 1)

Lama dikenal sebagai tempat penangkaran penyu belimbing, Pantai Ujung Genteng sungguh menarik untuk dikunjungi. Itu setidaknya, kesan kental yang menggumpal di benak usai menelusuri informasi tentang Ujung Genteng.


Memanglah, bahasa iklan bisa “merekaya” kesan spontan setiap pembacanya. Tak terkecuali pun saya. Berbekal niat mantap serta rasa ingin tahu soal penangkaran penyu belimbing yang konon masuk daftar hewan dilindungi, maka meluncurlah Honda GL Pro B-4599-PF made in tahun 1999 menuju kawasan di ujung barat laut Jawa Barat itu, awal September 2008.


Panorama sepanjang jalan Cibadak-Cikidang-Pelabuhan Ratu amat menakjubkan. Dengan hamparan perbukitan yang hijau oleh pohon kelapa sawit, sangatlah nyaman berkendara menyusuri punggung bukit hijau ini. Jalan berkelok-kelok dengan tikungan serba tajam tak mampu menyurutkan nyali berkendara.


Yang terjadi sebaliknya: adrenalin terpacu dan wuuzzz.... sedikit ngebut lantara jalanan memang sepi. Setahun lalu, penduduk setempat sempat mengingatkan saya agar tidak melaju di jalur sepi ini di atas pukul 17.00 WIB. “Pokoknya, rawan,” begitu isi obrolan tukang ojek ketika berbincang santai saat saya mengambil jeda untuk istirahat minum.


Saya sempat terkesiap waktu itu, lantaran jam sudah menunjuk angka 16.15 WIB dan setahun lalu, saya betul-betul belum mengakrabi kawasan ini. Namun, tekad sudah bulat: harus sudah sampai di Pelabuhan Ratu sebelum malam datang.


“Berapa jam, dari Cikidang ke Pelabuhan Ratu?” tanya saya kepada penduduk.

“Kalau orang-orang sini, tak lebih dari 30 menit,” jawab mereka tegas.


Untuk menyusuri jalan berkelok-kelok dengan kecepatan tak lebih dari 30 km, tentu tak mudah memenuhi harapan mulia itu. Apalagi, ketika matahari sudah mulai beradu di ufuk barat. Belum lagi, saya juga kurang hafal dengan kondisi jalan yang meliuk-liuk naik turun dengan kemiringan yang terjal.


Tapi itu tahun lalu.


Awal september 2008, segala kecemasan itu sudah sirna. Apalagi, sampai di Cikidang dari arah Semplak, Parung, hari masih menjelang siang. Tak ayal, jarak 18 km menuju Pelabuhan Ratu bisa terlampaui dengan kurun tempo tak kurang dari 45 menit.


Tapi jalan Pelabuhan Ratu-Ujung Genteng?


Informasi dari Kelvin Yo Filla, temen di BSD, kurang begitu mendetil. “Jalanan sepi dan menyuri kawasan hutan,” begitu isi obrolan pemuda ini.

Memanglah demikian adanya.

Begitu meninggalkan pertigaan Pelabuhan Ratu arah Ujung Genteng, jalan terasa menanjak drastis. Saya menyempatkan diri beristirahat sejenak, membeli ransum minuman dan makanan serta buah untuk antisipasi kalau-kalau tak bisa menjumpai warung di sepanjang kawasan hutan ini.


Maklum, ini adalah hari pertama menjelang puasa. Jadi, tak banyak warung akan buka.


Doaku hanya satu: jangan sampai ban saya gembos atau kena paku. Bisa celaka dan menyengsarakan, lantaran di sepanjang jalur zig-zag di hutan perbukitan ini, nyaris tak banyak warung tambal ban. Hiburan yang ada hanyalah panorama perbukitan dengan warna-warni pohon yang membuat mata tak jenuh-jenuh memandang.

Berkali-kali, saya terpaksa menghentikan laju perjalananan karena banyak tikungan dan mesti bertanya ke penduduk sekitar. “Ke arah mana Ujung Genteng?,” begitu isi pikiranku.


Plang tanda arah lalu lintas memang ada, namun keraguan sering menyergapku ketika harus memutuskan belok kanan atau ke kiri, toh keduanya menawarkan arah sama: Ujung Genteng.


Peta perjalanan yang menjadi andalan kompasku juga memberikan informasi sama: kanan oke, kiri juga oke. Nah, kalau begini, kepada siapa saya percaya?


Menunggui penduduk datang, perlu kesabaran tinggi. Di tengah permukiman hutan di perbukitan, amat menyenangkan bisa bertemu pejalan kaki atau pengendara dalam tempo 10 menit. Namun, saya mendapatkan kehadiran mereka setelah 20 menit menunggu.


Di tengah perjalanan, saya mendapati seorang bapak-bapak tampak loyo. Saya hampiri bapak itu sembari bertanya kemana arah Ujung Genteng. Dia menjawab dengan sebuah pertanyaan: “Apakah saya boleh nebeng sampai di Jampang Kulon?,”


Setali tiga uang. Saya menolong bapak ini dan mendapatkan guide terpercaya.

No comments: