KEJADIANNYA sudah
berulang kali. Pastur-pastur gadungan dengan niat jahat ingin
memperdaya korban guna menguras habis harta simpanannya berbentuk uang
dan perhiasan. Namun, untuk kesekian kalinya pula umat katolik di
beberapa gereja di Jakarta tak luput dari upaya kejahatan yang
memanfaatkan kelengahan orang dan kemampuan menghipnosis orang lain.
Guna
menangkal peluang tindak kejahatan yang mengambil lokasi ‘sakral’
seperti di Gua Maria, lingkungan pasturan, areal parkir gereja, dan
semacamnya itu, mari kita waspada agar kita jangan menjadi korban
berikutnya.
Mari
kita kenali dulu langkah-langkah metode tipu daya yang sudah sering
dipraktikan para penjahat yang menyaru diri sebagai pastur gadungan itu.
- Sasaran korban yang ingin dijebak adalah mereka yang tengah galau hatinya. Kalau hati sedang galau atau tidak tenang, biasanya umat dengan gampang akan melakukan ‘ritual’ doa khusus tambahan –usai misa di gereja—dengan mampir sejenak di Gua Maria. Tujuannya untuk menyampaikan doa-doa khusus. Bila demikian, jangan ‘pergi’ berdoa sendirian, melainkan ajak anggota keluarga sebagai ‘tameng’ kalau-kalau datang penjahat yang ingin memperdaya kita;
- Jangan hiraukan sapaan hangat atau tepukan fisik dari orang yang tidak kita kenal. Apalagi kalau kemudian, ‘orang asing’ itu menyapa kita dan mengenalkan dirinya sebagai romo. Agak aneh terdengar kalau ada orang asing dengan gampangnya mengklaim diri sebagai romo dan itu dia lakukan dihadapan umat parokinya sendiri. Mestinya, sudah diandaikan umatnya tahu siapa nama dan tampang pastur parokinya sendiri. Lain halnya kalau calon korban yang menjadi mangsa para penjahat ini datang dari luar paroki;
- Lagi-lagi, ajaklah anggota keluarga kita kalau misalnya saja kita sudah berhasil diperdaya oleh romo palsu itu untuk melakukan sesi pertemuan berikutnya di luar kompleks gereja. Setidaknya, dengan adanya anggota keluarga kita, maka kita mendapat ‘teman’ untuk mengobjektivasi diri (melakukan uji objektif atas tindak atau sikap kita dengan orang lain).
- Jangan sekali-kali mudah mengiyakan apa pun yang diminta dari romo gadungan ini semisal membawa harta simpanan berupa kotak perhiasan, buku tabungan, kartu ATM berikut pin-nya, kartu kredit dan semacamnya;
- Jangan terima apa pun makanan atau minuman dari orang yang tidak kita kenal. Salah-salah makanan-minuman tawaran itu sudah kena kontaminasi anasir-anasir obat bius yang membuat kita dalam sekejap limbung, ngantuk dan tidur pula berkepanjangan.
Langkah penting
Kalau
sudah ada kejadian umat kita kena perangkap dan habis-habisan hartanya
dikuras oleh penjahat yang menyaru diri sebagai romo, lalu tindakan apa
yang mesti kita lakukan agar jangan sampai berulang kembali terhadap
korban lainnya. Berikut tips sederhana guna mengurangi risiko kejadian sama bisa berulang kembali.
- Segera lapor kepada pastur paroki agar secara resmi pastur paroki bisa segera mengumumkan di mimbar gereja –misalnya saja katakanlah—sebaiknya umat jangan terlalu mudah percaya kalau ada ‘orang asing’ mengaku-aku sebagai imam. Toh, umat kebanyakan pasti kenal siapa romo parokinya. Bahkan kalau ada romo tamu yang mempersembahkan misa, sudah pasti romo tersebut akan memperkenalkan diri saat misa dan ketika keluar dari sankristi usai misa, jubah pun masih dia kenakanan saat bersilahturami dengan umat selesai misa.
- Laporkan kasus tindak kejahatan ini kepada kepolisian agar segera diproses secara hukum. Tentu kita harus memberikan kronologi secara lengkap dan jelas berikut ciri-ciri fisik para pelakunya. Tidak kalah penting tentu saja, memberikan nomor rekening bank pelaku kalau ‘pemerasan’ itu dilakukan dengan cara transfer.
- Kita harus sadar bahwa kegalauan hati tidak serta-merta bisa langsung “sembuh” oleh sapaan hangat, pendarasan doa-doa dan berkat pemberian ‘romo gadungan’ ini. Kegalauan hati harus kita sembuhkan mulai dari kita sendiri yang berupaya “menyembuhkannya”. (Bersambung)
Photo credit: Ilustrasi
Artikel terkait:
Awas, Penipu Menyaru Pastur dengan Daya Hipnotis Berkeliaran di Gereja (2)
No comments:
Post a Comment