Wednesday, 9 May 2012

Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep, Paroki Wedi: Situasi Makin Kondusif (3)

SITUASI di sekitar Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi-Klaten kini berangsur semakin kondusif. Menurut sumber Sesawi.Net di lapangan, sejumlah aparat keamanan dibantu dengan teman-teman Banser dari NU masih tetap berjaga di lokasi. Namun secara keseluruhan, situasinya tenang dan kehidupan berjalan normal seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
“Situasinya aman dan terkendali,” ungkap warga setempat asli Gayamharjo, tak jauh dari Jali, Sendangsriningsih ini kepada Sesawi.Net, Selasa (8/5) malam.

Menurut dia, tidak benar bahwa Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep  telah disegel sebagaimana berita yang sempat beredar sebelumnya. Memang ada garis polisi dipasang di akses utama menuju lokasi. Namun itu tidak mengartikan telah terjadi penyegelan oleh aparat yang berwenang di Kabupaten Gunung Kidul.
“Proses mendapatkan izin secara tertulis masih terus berjalan,” tulis sumber Sesawi.Net yang tidak ingin disebut namanya.

Jangan lakukan kekerasan
Menyimak kejadian di Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep sepanjang hari Minggu (6/5) lalu, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta dengan tegas mengatakan, seluruh umat katolik dilarang melakukan kekerasan. Selain tidak sesuai dengan semangat kristiani sejati yang cinta perdamaian dan persaudaraan, kekerasan apa pun juga tidak akan menyelesaikan masalah.

“Pokoknya, jangan membalas kekerasan dengan kekerasan,” tulis Mgr. Johannes Pujasumarta Pr dalam blog pribadi beliau.

Sejarah singkat  Sengon Kerep
Dimana persisnya Sengon Kerep itu? Bagi umat katolik di Paroki Wedi, nama Sengon Kerep memang  kurang akrab di telinga, lantaran saking jauhnya dari “pusat kota” di Kecamatan Wedi. Sekalipun demikian, Sengon Kerep yang terletak di wilayah garis perbukitan Pegunungan Seribu di Gunung Kidul ini telah lama eksis sejak tahun 1970-an, ketika beberapa umat di situ mendapatkan reksa pastoral dan rohani dari para romo Paroki Wedi.
 
Dirintis awal oleh almarhum Mbak Kirno dan Mbah Harjo –keduanya katekis dari Wilayah Mawen– tahun 1970-an, Sengon Kerep akhirnya menyandang predikat sebagai wilayah mandiri. Kini, di Wilayah Sengon Kerep ada setidaknya 32 KK sekitar 120-an orang umat katolik.

Kapel sederhana Sengon Kerep sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Yang kini tengah dibangun berupa areal Taman Maria Giri Wening itu bukan termasuk kategori “gereja” atau “tempat ibadat”.

Kata sumber Sesawi.Net di Paroki Wedi,  yang ada hanyalah semacam taman asri dengan ornamen-ornamen ukiran pada batu yang menggambarkan Bunda Maria menggendong bayi Yesus. “Jadi, fungsi utamanya lebih sebagai perangkat pendukung suasana orang berdoa, karena kapel sudah berdiri sejak lama,” tuturnya.

Mayoritas penduduk sekitar bermatapencaharian sebagai buruh tani, tukang. Dulu, ketika masih banyak kayu bakar di hamparan perbukitan Pegungan Seribu di Gunung Kidul tak jauh dari Gunung Jambu,  penduduk lokal sekitar Sengon Kerep seperti Teluk, Sampang dan lainnya suka membawa bongkahan kayu-kayu bakar untuk  kemudian dipasarkan di sepanjang jalan utama antara Kecamatan Wedi dan Pasar Wedi.

Menuju Sengon Kerep
Jalan paling nyaman dan enak menuju Sengon Kerep adalah dari Pertigaan Bendo Gantungan, Klaten. Kalau dari arah Timur (Solo), maka Bendo Gantungan terletak kurang lebih 300 meter selepas RSUD Soeradji Tirtonegoro atau lebih populer disebut RS Tegalyoso Klaten  (posisi di kanan jalan).  Kalau dari arah Barat (Yogya, Prambanan), maka Pertigaan Bendo Gantungan terletak kurang lebih 5 km setelah Pabrik Gula Gondang Winangun (posisi di kiri jalan).

Pertigaan Bendo Gantungan itu sendiri dulunya dikenal sebagai stansplat (terminal) bus, meski jejaknya kian pudar karena kini terminal kecil bus ini lebih banyak diisi dokar dan becak. Namun, awak-awak bus antarkota dan dalam kota masih mengakrabi Bendo Gantungan sebagai terminal bus ukuran mini.
Dari Pertigaan Bendo Gantungan, ambil jurusan arah ke Kecamatan Wedi. Kalau dari arah Timur, berarti belok ke kiri; sementara dari arah Barat, ambil belokan ke arah kanan. Ikuti lurus jalan kabupaten yang merupakan akses utama dari Klaten menuju Wedi ini. Abaikan pertigaan besar yang bercabang dua: kalau ke kiri arah Depo –pusat latihan tempur Rindam Kodam Diponegoro; sementara ke kanan adalah jalan yang benar menuju arah Kecamatan Wedi.

Nanti akan melewati RS Jiwa Koloni (posisi di kiri jalan) dan sebentar kemudian akan memasuki kota kecil Kecamatan Wedi.

Selepas jembatan besar Kali Wedi, maka kita akan menuju “pusat kota” Wedi yakni Tugu, Kecamatan Wedi, Pasar Wedi dan akhirnya kompleks panjang PTP Perkebunan Tembakau –dulu bernama PPN–.  Gereja Wedi ada di ujung jalan masuk ke arah kanan selepas Pasar Wedi dan berseberangan dengan SD Kanisius II Susteran dan Kompleks Susteran Abdi Kristus Wedi.

Akses menuju Sengon Kerep menempuh jalur lurus arah Canan – Pesu – Mawen – Teluk – Jogoprayan, hingga akhirnya sampailah ke Gunung Tumpang, Kelurahan Sampang. Masih perlu sedikitnya 2.5 km lagi menaiki jalan menanjak  untuk sampai ke Sengon Kerep.

Secara administratif pemerintahan, Sengon Kerep masuk wilayah Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Namun secara reksa pastoral gerejani, Wilayah Sengon Kerep masuk masuk wilayah Paroki Wedi. Nah, Paroki Wedi itu sendiri termasuk wilayah administratif Kabupaten Klaten.

Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr, Sketasa  Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep (Keuskupan Agung Semarang, Panitia Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep)
Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)

No comments: