Wednesday, 2 May 2012

RIP: Menkes Endang Rahayu Mengalami Sakit dengan Jiwa Besar

RABU (2/5) menjelang siang, Menteri Kesehatan RI Endang Rahayu Sedyaningsih menghembuskan nafasnya yang terakhir di RSCM Jakarta Pusat setelah beberapa lama mengidap sakit kanker paru. Awalnya, sesaat sebelum resmi menjadi Menkes, almarhum yang dikenal ramah ini sempat kena tuduhan tak mengenakkan sebagai pihak yang terlalu “condong” ke AS lantaran karirnya sebagai peneliti.

Namun, seakan tak terlalu mau ambil pusing dengan tuduhan itu, Menkes Endang tetap berkarya dan tidak menunjukkan sikap dendam kepada siapa pun. Ia juga tidak sakit hati kepada pejabat sebelumnya, meski pernah dicopot dari posisinya sebagai Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi dan kemudian harus “turun pangkat” menjadi peneliti madya.

Almarhum terlihat selalu positive thinking. Tak terkecuali ketika harus mengalami sakit kanker paru yang perlahan namun pasti menggerogoti kesehatannya. Ia memandang sakit dan penyakitnya sebagai anugerah yang harus diterima dengan lapang dada. “Kalau saya diberi kanker, mengapa tidak? Itu salah satu anugerah yang datang dari Allah,” ujarnya sembari tersenyum hangat menyapa insan pers sebelum rapat dengar pendapat dengan DPR, Oktober 2010.

Jiwa besar (magnanimity) adalah cirri paling menonjol pada almarhum yang dikenal rendah hati. Padahal, ia mengumpulkan sederet prestasi dan itu tak pernah dia agul-agulkan (ditonjolkan) kepada publik.


 Orang akan mengenang almarhum Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai pekerja serius. Meski hanya menjabat 2,5 tahun, namun dia berhasil membakukan sejumlah langkah terobosan penting. Di antaranya kewajiban memberi ASI kepada bayi sesuai Peraturan Pemerintah, melarang iklan dan menampilkan tenaga medis sebagai model iklan susu formula, keharusan menyediakan ruang menyusui di kantor-kantor, dan mengharuskan bebas biaya persalinan bagi keluarga tidak mampu dengan imbalan kesediaan mengikuti program KB.

Lahir di Jakarta 1955, almarhum menikah dengan dr Reanny Mamahit yang kini menjabat Direktur RSUD Tangerang. Pasangan ini meninggalkan tiga orang anak.

Sebelum meninggal dan karena ingin fokus pada proses penyembuhannya, almarhum minta izin Presiden Yudhoyono untuk mundur.

Diolah dari berbagai sumber
Photo credit: Ist

No comments: