RABU (2/5) menjelang
siang, Menteri Kesehatan RI Endang Rahayu Sedyaningsih menghembuskan
nafasnya yang terakhir di RSCM Jakarta Pusat setelah beberapa lama
mengidap sakit kanker paru. Awalnya, sesaat sebelum resmi menjadi
Menkes, almarhum yang dikenal ramah ini sempat kena tuduhan tak
mengenakkan sebagai pihak yang terlalu “condong” ke AS lantaran karirnya
sebagai peneliti.
Namun, seakan tak terlalu mau ambil
pusing dengan tuduhan itu, Menkes Endang tetap berkarya dan tidak
menunjukkan sikap dendam kepada siapa pun. Ia juga tidak sakit hati
kepada pejabat sebelumnya, meski pernah dicopot dari posisinya sebagai
Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi dan kemudian harus “turun
pangkat” menjadi peneliti madya.
Almarhum terlihat selalu positive
thinking. Tak terkecuali ketika harus mengalami sakit kanker paru yang
perlahan namun pasti menggerogoti kesehatannya. Ia memandang sakit dan
penyakitnya sebagai anugerah yang harus diterima dengan lapang dada.
“Kalau saya diberi kanker, mengapa tidak? Itu salah satu anugerah yang
datang dari Allah,” ujarnya sembari tersenyum hangat menyapa insan pers
sebelum rapat dengar pendapat dengan DPR, Oktober 2010.
Jiwa besar (magnanimity) adalah cirri
paling menonjol pada almarhum yang dikenal rendah hati. Padahal, ia
mengumpulkan sederet prestasi dan itu tak pernah dia agul-agulkan (ditonjolkan) kepada publik.
Orang akan mengenang almarhum Menkes
Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai pekerja serius. Meski hanya menjabat
2,5 tahun, namun dia berhasil membakukan sejumlah langkah terobosan
penting. Di antaranya kewajiban memberi ASI kepada bayi sesuai Peraturan
Pemerintah, melarang iklan dan menampilkan tenaga medis sebagai model
iklan susu formula, keharusan menyediakan ruang menyusui di
kantor-kantor, dan mengharuskan bebas biaya persalinan bagi keluarga
tidak mampu dengan imbalan kesediaan mengikuti program KB.
Lahir di Jakarta 1955, almarhum menikah
dengan dr Reanny Mamahit yang kini menjabat Direktur RSUD Tangerang.
Pasangan ini meninggalkan tiga orang anak.
Sebelum meninggal dan karena ingin fokus pada proses penyembuhannya, almarhum minta izin Presiden Yudhoyono untuk mundur.
Diolah dari berbagai sumber
Photo credit: Ist
No comments:
Post a Comment