Friday, 4 May 2012

“The Raid”, Mencokok Bandar Narkoba dengan Silat

LANTARAN bisa bertahan lebih dari tiga pekan di bioskop, akhirnya saya tertarik mau nonton film buatan negeri sendiri. Selama ini, saya tak pernah nonton film anak negeri lantaran sudah telanjur punya persepsi negative: alur ceritanya sering menafikkan logika dan dialognya asal-asalan. Aslinya, film anak negeri ini bertitel Serbuan Maut. Namun kemudian diakomodasi untuk pasar internasional dengan label baru The Raid. Di pasar Amerika berubah menjadi The Raid: Redemption.


Tidak biasa
Ternyata, persepsi saya pribadi juga tak jauh menyimpang. Di luar action-nya yang menawan namun cenderung terlalu keras dan tak jarang juga sadis, The Raid kurang memuaskan penonton karena alur ceritanya yang tidak “biasa”. Sebuah operasi besar yang melibatkan pasukan elit anti narkoba kepolisian kali ini  hanya dikendalikan oleh seorang sersan bernama Jaka  (Joe Taslim). Itu pun dia menang wibawa terhadap seniornya Letnan Wahyu (Pierre Gruno).

Terasa ganjil memang. Belum lagi, pilihan yang tak masuk akal ketika dua kakak-adik berada pada posisi saling “bermusuhan” namun dalam sekejap “rekonsiliasi” terjadi di markas gembong narkoba. Adalah Rama (Iko Uwais) –anggota polisi elit—yang dalam kondisi sekarat berhasil bertemu dan diselamatkan oleh kakak kandungnya Andi (Donny Alamsyah) yang justru menjadi tangan kanan gembong narkoba Tama Riyadi (Ray Sahetapy).

Bahkan ketika operasi berhasil dan kedok kejahatan Letnan Wahyu terkuak, rasanya ganjil pula menyaksikan Rama bergerak ke Timur (menuju markas kepolisian), sementara kakaknya Andi menoleh ke Barat (kembali ke markas gembong narkoba) lantaran tidak ada jaminan keselamatan.

Action-nya top abis
Soal citarasa dan persepsi penonton memang tak bisa diperdebatkan. Yang pasti, mereka yang suka film keras, The Raid memang menjadi suguhan menarik. Utamanya, seni bela diri silat yang dimainkan Rama dan Andi ketika harus melawan Mad Dog (Yayan Ruhian) dalam  duel hidup-mati antara “si baik” dan “si jahat”.

Belum lagi, aksi jungkir balik Rama ketika sendirian melibas kelompok bandit narkoba ini dengan jurus silat. Tangan kosong, tapi berhasil melumpuhkan sekawanan preman bersenjata parang dan golok, sementara rekan sejawatnya dari kepolisian sudah bergelimangan darah dicincang sadis kawanan preman narkoba  ini.

Sekali lagi, sangat ganjil untuk sebuah operasi dengan tingkat risiko tinggi, polisi malah bermain silat tangan kosong melawan geng preman narkoba bersenjatakan parang dan senapan mesin. Tidak ada amunisi lagi? Memang, tapi juga bisa mengambil senjata dan amunisi yang ditinggalkan para penjahat itu daripada harus membiarkan koleganya merenggang nyawa.

Menjual pencak silat
Rupanya, justru permainan silat inilah yang membuat publik asing terpesona. Tak terkecuali  sutradara Gareth Evans yang sejak awal ingin mempopulerkan The Raid ke pentas nasional dengan menu jualan andalannya yakni pencak silat.

Jadi, memang bisa dimengerti mengapa duel hidup-mati antara polisi dan preman gembong narkoba ini lebih mengandalkan jurus-jurus silat daripada senapan serbu otomatik. Kalau pun parang dan golok terpaksa digunakan, maka jurus silat Rama yang akan melibasnya.

Di pentas internasional, The Raid berhasil memboyong banyak penghargaan. Awalnya terjadi di Toronto International Film Festival, ketika para kritikus film menyematkan penghargaan The Raid sebagai film thriller action Indonesia yang layak dipuji setelah bertahun-tahun vakum. Di pentas Toronto ini, The Raid menyabet penghargaan The Cadillac People’s Choice Midnight Madness Award (2011).

Berikutnya, The Raid juga mendapat tempat naik layar pada Festival Film International Dublin Jameson di Irlandia, Festival Film Glasgow di Skotlandia, Festival Film Sundance di Utah (Amerika), di South by Southwest Film di Austin, Texas, dan Festival Film Busan di Korsel.

Mereka yang suka nonton adu jotos dan film keras, The Raid adalah suguhan enak. Namun mereka yang tidak tahan menyaksikan orang dibantai dengan parang dan memilih tutup mata, maka saya adalah contohnya.  

Photo credit: Ist

No comments: