SITUASI di sekitar
Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep Paroki Santa Perawan Maria Bunda
Kristus Wedi-Klaten kini berangsur semakin kondusif. Menurut sumber
Sesawi.Net
di lapangan, sejumlah aparat keamanan dibantu dengan teman-teman Banser
dari NU masih tetap berjaga di lokasi. Namun secara keseluruhan,
situasinya tenang dan kehidupan berjalan normal seperti tidak pernah
terjadi apa-apa.
“Situasinya aman dan terkendali,” ungkap warga setempat asli Gayamharjo, tak jauh dari Jali, Sendangsriningsih ini kepada Sesawi.Net, Selasa (8/5) malam.
Menurut dia, tidak benar bahwa Taman
Maria Giri Wening Sengon Kerep telah disegel sebagaimana berita yang
sempat beredar sebelumnya. Memang ada garis polisi dipasang di akses
utama menuju lokasi. Namun itu tidak mengartikan telah terjadi
penyegelan oleh aparat yang berwenang di Kabupaten Gunung Kidul.
“Proses mendapatkan izin secara tertulis masih terus berjalan,” tulis sumber Sesawi.Net yang tidak ingin disebut namanya.
Jangan lakukan kekerasan
Menyimak kejadian di Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep
sepanjang hari Minggu (6/5) lalu, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes
Pujasumarta dengan tegas mengatakan, seluruh umat katolik dilarang
melakukan kekerasan. Selain tidak sesuai dengan semangat kristiani
sejati yang cinta perdamaian dan persaudaraan, kekerasan apa pun juga
tidak akan menyelesaikan masalah.
“Pokoknya, jangan membalas kekerasan dengan kekerasan,” tulis Mgr. Johannes Pujasumarta Pr dalam blog pribadi beliau.
Sejarah singkat Sengon Kerep
Dimana persisnya Sengon Kerep itu? Bagi
umat katolik di Paroki Wedi, nama Sengon Kerep memang kurang akrab di
telinga, lantaran saking jauhnya dari “pusat kota” di Kecamatan Wedi.
Sekalipun demikian, Sengon Kerep yang terletak di wilayah garis
perbukitan Pegunungan Seribu di Gunung Kidul ini telah lama eksis sejak
tahun 1970-an, ketika beberapa umat di situ mendapatkan reksa pastoral
dan rohani dari para romo Paroki Wedi.
Dirintis
awal oleh almarhum Mbak Kirno dan Mbah Harjo –keduanya katekis dari
Wilayah Mawen– tahun 1970-an, Sengon Kerep akhirnya menyandang predikat
sebagai wilayah mandiri. Kini, di Wilayah Sengon Kerep ada setidaknya 32
KK sekitar 120-an orang umat katolik.
Kapel sederhana Sengon Kerep sudah
berdiri sejak tahun 1970-an. Yang kini tengah dibangun berupa areal
Taman Maria Giri Wening itu bukan termasuk kategori “gereja” atau
“tempat ibadat”.
Kata sumber Sesawi.Net di
Paroki Wedi, yang ada hanyalah semacam taman asri dengan
ornamen-ornamen ukiran pada batu yang menggambarkan Bunda Maria
menggendong bayi Yesus. “Jadi, fungsi utamanya lebih sebagai perangkat
pendukung suasana orang berdoa, karena kapel sudah berdiri sejak lama,”
tuturnya.
Mayoritas penduduk sekitar
bermatapencaharian sebagai buruh tani, tukang. Dulu, ketika masih banyak
kayu bakar di hamparan perbukitan Pegungan Seribu di Gunung Kidul tak
jauh dari Gunung Jambu, penduduk lokal sekitar Sengon Kerep seperti
Teluk, Sampang dan lainnya suka membawa bongkahan kayu-kayu bakar untuk
kemudian dipasarkan di sepanjang jalan utama antara Kecamatan Wedi dan
Pasar Wedi.
Menuju Sengon Kerep
Jalan paling nyaman dan enak menuju
Sengon Kerep adalah dari Pertigaan Bendo Gantungan, Klaten. Kalau dari
arah Timur (Solo), maka Bendo Gantungan terletak kurang lebih 300 meter
selepas RSUD Soeradji Tirtonegoro atau lebih populer disebut RS
Tegalyoso Klaten (posisi di kanan jalan). Kalau dari arah Barat
(Yogya, Prambanan), maka Pertigaan Bendo Gantungan terletak kurang lebih
5 km setelah Pabrik Gula Gondang Winangun (posisi di kiri jalan).
Pertigaan Bendo Gantungan itu sendiri
dulunya dikenal sebagai stansplat (terminal) bus, meski jejaknya kian
pudar karena kini terminal kecil bus ini lebih banyak diisi dokar dan
becak. Namun, awak-awak bus antarkota dan dalam kota masih mengakrabi
Bendo Gantungan sebagai terminal bus ukuran mini.
Dari Pertigaan Bendo Gantungan, ambil
jurusan arah ke Kecamatan Wedi. Kalau dari arah Timur, berarti belok ke
kiri; sementara dari arah Barat, ambil belokan ke arah kanan. Ikuti
lurus jalan kabupaten yang merupakan akses utama dari Klaten menuju Wedi
ini. Abaikan pertigaan besar yang bercabang dua: kalau ke kiri arah
Depo –pusat latihan tempur Rindam Kodam Diponegoro; sementara ke kanan
adalah jalan yang benar menuju arah Kecamatan Wedi.
Nanti akan melewati RS Jiwa Koloni (posisi di kiri jalan) dan sebentar kemudian akan memasuki kota kecil Kecamatan Wedi.
Selepas jembatan besar Kali Wedi, maka
kita akan menuju “pusat kota” Wedi yakni Tugu, Kecamatan Wedi, Pasar
Wedi dan akhirnya kompleks panjang PTP Perkebunan Tembakau –dulu bernama
PPN–. Gereja Wedi ada di ujung jalan masuk ke arah kanan selepas Pasar
Wedi dan berseberangan dengan SD Kanisius II Susteran dan Kompleks
Susteran Abdi Kristus Wedi.
Akses menuju Sengon Kerep menempuh jalur
lurus arah Canan – Pesu – Mawen – Teluk – Jogoprayan, hingga akhirnya
sampailah ke Gunung Tumpang, Kelurahan Sampang. Masih perlu sedikitnya
2.5 km lagi menaiki jalan menanjak untuk sampai ke Sengon Kerep.
Secara administratif pemerintahan,
Sengon Kerep masuk wilayah Kelurahan Sampang, Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Namun secara reksa pastoral gerejani,
Wilayah Sengon Kerep masuk masuk wilayah Paroki Wedi. Nah, Paroki Wedi
itu sendiri termasuk wilayah administratif Kabupaten Klaten.
Photo credit: Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta Pr, Sketasa Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep (Keuskupan Agung Semarang, Panitia Pembangunan Taman Maria Giri Wening Sengon Kerep)
Artikel terkait:
Protes Usik Keheningan Taman Maria Giri Wening di Sengon Kerep, Paroki Wedi (1)