Monday 14 April 2008

The Black-Scholes Formula

Merton dan Scholes
Nobel Formula Derivatif

LAGI-lagi, seakan-akan mau mengikuti "jejak" prestasi rekan senegaranya Dr William Vickrey dari Universitas Columbia, Amerika Serikat, tahun 1996 lalu, tahun ini pun Hadiah Nobel Ekonomi 1997 juga jatuh ke tangan para ekonom AS. Warga AS yang memperoleh penghargaanbergengsi dari Akademi Sains Kerajaan Norwegia (ASKN) itu adalah Prof Dr Robert C Merton (53), dosen business administration di Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts, dan Prof Dr Myron S Scholes (56), pengajar finance di Universitas Stanford, Palo Alto, California.

ASKN berpendapat, kedua ekonom AS itu telah berjasa karena berhasil mengembangkan formula-formula praktis dalam transaksi derivatif, satu kiat guna mengurangi risiko kerugian finansial akibat tak menentunya fluktuasi harga. "Satu metode praktis guna menentukan nilai derivatif yang berhasil menanamkan pengaruh dashyatnya dalam ilmu ekonomi selama 25 tahun terakhir ini. Itulah kontribusi kedua ekonom asal AS yang patut kami perhitungkan," ungkap ASKN seperti dikutip Reuters dan AFP, Selasa (14/10) lalu.

"Saya pikir, metode dan formula-formula yang sifatnya praktis dan massif itu sangat mengagumkan," tutur Ketua ASKN Prof Dr Bertil Naslund, seorang dosen ilmu keuangan di Stockholm School of Economics dalam sebuah konperensi pers di Stockholm, Swedia, Jumat lalu.

Kata Naslund, selain formula derivatif faktor-faktor lain yang selama ini membantu pengembangan transaksi derivatif adalah kemajuan dalam industri informasi dan makin canggihnya kemampuan komputer. Naslund menyebutkan, satu-satu alasan paling mendasar dan terkuat yang melatarbelakangi keputusan ASKN adalah fakta, banyak traders dan para ekonom seluruh dunia telah mempraktekkan rumus-rumus formula hasil kreasi kedua ekonom AS itu.

Formula derivatif itu telah dipakai sebagai kiat-kiat praktis oleh banyak orang secara ekstensif dan massif. "Soal efektif tidaknya semua kiat hasil ciptaan para ekonom AS itu sangat tergantung pada kondisi perusahaan yang memanfaatkannya. Namun, sejarah telah membuktikan, kiat-kiat bisnis itu sangat berguna dalam menjaga stabilitas kondisi keuangan dan menyelamatkan modal yang merupakan asset milik perusahaan," jelas Naslund.

Namun, buru-buru ASKN menambahkan, kontribusi mendiang Prof Dr Fischer Black dalam pengembangan formula derivatif itu tak bisa dilupakan. Soalnya, berkat profesor finance yang telah meninggal 1996 lalu karena kanker tenggorokan pada usia 57 itulah, Prof Scholes berhasil menelorkan formula The Black-Scholes. Sebuah formula derivatif yang banyak digunakan oleh para traders dan investors guna mengurangi risiko finansial akibat fluktuasi harga. Prof Merton mengembangkan formula derivatif itu menjadi lebih lengkap dan "canggih" lagi hingga "resep" itu kemudian dipakai secara massif dan ekstensif di seluruh dunia.
***
Karena itu, manfaat langsung formula derivatif bisa sangat dirasakan oleh mereka yang ingin memagari dirinya dari kemungkinan menderita kerugian besar yang akan timbul akibat gejolak pasar. Namun, dalam perkembangannya, justru faktor ketidakpastian akan kemungkinan timbul-tidaknya resiko kerugian itulah yang selanjutnya justru dipakai menjadi "sumber" menarik keuntungan. Dan itulah yang terjadi di mana transaksi-transaksi derivatif lantas berkembang menjadi sarana spekulasi pasar.

Di tangan para ekonom dan jika digunakan secara benar, bijak, dan sesuai maksud utamanya, formula derivatif bertujuan membantu para penggunanya agar bisa mengelola keuangan dan selanjutnya, bila ada, juga bisa mentransfer risiko ke "tempat" lain. Namun di tangan para spekulator "jahat", formula derivatif itu justru bisa menjadi sumber "pencipta" resiko.

Ulah general manager Barings Future Pte Ltd Singapore, Nicholas William Leeson (28), dalam bermain transaksi derivatif hingga menyebabkan ambruknya Barings Banks Pcl (public limited company) adalah salah satu contohnya. Bank tertua di Inggris yang berdiri 1762, tempat di mana keluarga Istana Buckingham menyimpan kekayaannya selama lebih seabad terakhir, terpaksa "tutup pintu". Kerugian sebesar 1,386 milyar dollar AS (Rp 3,1 trilyun saat itu) itu timbul gara-gara Nick Leeson bermain transaksi derivatif.
***
"MENERIMA penghargaan bergengsi seperti Hadiah Nobel Ekonomi 1997 itu sungguh betul-betul telah membuat saya sejenak tertegun dan kemudian terperangah," kata Prof Merton kepada Reuters dan AFP hari Rabu lalu. Saat itu, pria kelahiran New York 1944 itu tengah bersantai di bibir Charles River yang berlokasi tak jauh dari apartemennya di Cambridge, Massachusetts, ketika dikabari berita gembira itu.

"Namun sungguh teramat sayang, ketika berita gembira itu sampai ke telinga saya, kolega saya mendiang Prof Fischer telah tiada," sambung doktor bidang ekonomi alumnus Massachusetts Institute of Technology (MIT) tahun 1970 itu kepada wartawan. "Saya mulai tertarik pada bursa saham saat masih muda," tambahnya kepada wartawan dalam konperensi pers di Harvard Business School, tempatnya mengajar sampai sekarang.

Prof Scholes, doktor ekonomi dari Universitas Chicago (1969) baru mendengar kabar gembira yang sama, ketika tengah mengikuti sebuah seminar di California. "Satu hal yang pertama kali menyergap kesadaran saya, ketika kakak saya menelepon saya adalah impian spontan, kolega saya mendiang Prof Fischer masih hidup," kata pria kelahiran 1941 yang mengaku ditelepon pada jam 15.30 waktu California. "Saya pikir, pemberian penghargaan itu akan semakin memperkuat rasa ingin tahu masyarakat akan formula yang pernah kami kembangkan," kata Scholes.
***
MERTON, Scholes, dan mendiang Fischer, itu sudah lama kenal dan selanjutnya bersahabat akrab, ketika ketiganya masih menjadi mahasiswa MIT tahun 1960-an. Persahabatan itu semakin kuat saat ketiga ekonom itu mulai bekerja sama mengawali proyek pengembangan formula derivatif awal tahun 1970-an hingga timbullah The Black-Scholes Formula yang terkenal itu.

Meski meninggalkan proyek prestisius karena bergabung dengan perusahaan milik Goldman Sachs & Co di Wallstreet, New York, mendiang Black tetap menjalin kontak dengan kedua koleganya. "Kalau saja Mr Black masih hidup, kami sudah sepakat, hadiah itu juga akan kami berikan kepadanya," kata Prof Naslund. (Mathias Hariyadi)

Foto:Prof Dr Myron S Scholes dan Prof Dr Robert C Merton
Associated Press
KOMPAS - Jumat, 17 Oct 1997
Halaman: 24
Penulis: HARIYADI, MATHIAS
Ukuran: 7122


No comments: