Thursday 18 September 2008

Dunia Jemek Supardi

Dunia (seorang) Pantomim



Dari dunia kelam, menemukan terang (melalui) teater dan (kemudian) memilih hidup jadi seniman pantomim


Selasa, 2007 September 11

JEMEK SUPARDI: 'Mbunglon' Lebih Baik Ketimbang Anarkis


DALAM usia 53 tahun, Jemek Supardi masih semangat diajak bicara kesenian. Tentu berkait dengan pantomim yang digeluti, yang disebutnya sebagai seni avant garde."Pantomim bagian dari keaktoran. Maka aktor harus tahu dasar-dasar pantomim," katanya sambil menyeruput kopi di kantin Societet TBY, Kamis (7/12) petang. Meski demikian, tantangan lebih berat dari seni yang lain, terutama kurangnya finansial yang bisa didapatkan. Sehingga tak banyak yang nggetih menggeluti seperti dirinya. Kalaupun ada, lebih merupakan sampingan dari berkesenian yang lain.


Meski diakui karena berawal dari lemahnya penguasaan hafalan verbal dalam berteater, Jemek akhirnya memang total di dunia pantomim. Meski penghargaan finansial masih jauh dari seni yang lain, ayah dari seorang putri ini pernah mendapatkan honor lumayan dari keterlibatannya dalam mengikuti aksi demonstrasi di Jakarta. Ia mendapat imbalan Rp 3 juta, selain tiket pesawat untuk perjalanan dari Yogya.


Baginya tak tabu hal itu dilakukan meski misi dari demonstrasi belum tentu sesuai isi hatinya. "Orang kesenian luwes, kadang-kadang mbunglon tidak apa-apa," tuturnya. Tapi itu lebih baik daripada demo yang anarkis. Artinya, dari situ tampak betapa kesenian cukup dihargai. Meski bisa berdampak negatif, dikejar-kejar pihak yang tak setuju. Jemek pernah mengalami hal itu, tapi akhirnya selamat karena tahu dirinya hanya seniman yang tampil berdasar pesanan dan tak menyakiti pihak lain tersebut.


Jemek setuju jika seniman terlibat dalam berbagai kegiatan dengan menampilkan kemampuannya lewat performance art. Meski sebenarnya performance art hanya merupakan istilah baru, karena sebelumnya banyak dilakukan. Tapi ia berharap, order se-perti itu mesti digarap serius sesuai tema, tak sekadar melumuri tubuh dengan warna. Begitu pula dengan seni on the road yang kini banyak dimanfaatkan untuk promosi.


Mengenai generasi penerus di dunia pantomim, Jemek melihat banyak potensi. Maka ia ikut berharap keinginan para guru teater lulusan ISI Yogyakarta yang beberapa waktu lalu berkumpul di Surabaya untuk memasukkan pantomim sebagai bagian penting dalam kurikulum bisa terwujud. Sebaliknya untuk menemukan yang berani total menggeluti pantomim, ia mengatakan, "Belum ada titik terang." (KR/Effy Widjono Putro)-k

No comments: