Wednesday, 4 June 2008

Jikumerasa

Jikumerasa, Pantai Andalan Pulau Buru


JIKUMERASA. Begitu nama pantai terpopuler di Pulau Buru. Meski belum ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata (tourist site), namun pantai itu ramai dikunjungi masyarakat, terutama setiap hari libur. Memiliki hamparan pasir putih sepanjang empat kilometer, Jikumerasa yang berlokasi tak jauh dari kawasan pemukiman, memikat perhatian. Ditambah kondisi pasir putihnya yang lembut, Jikumerasa layak menjadi objek wisata pantai. Bila siang hari, hamparan pasir putih mirip permadani putih raksasa.

Tapi Jikumerasa bukan hanya pasir putih. Ia juga indah berkat deburan ombak-ombak kecil. Berenang di antara gemericiknya ombak tentu menimbulkan keasyikan dan kenikmatan tersendiri. Semua berkesan alami. "Pantai ini tak kalah dibanding Pantai Kuta di Bali," ujar warga setempat.

Tak heran jika Jikumerasa di Kecamatan Buru Utara Timur (BUT), Pulau Buru, kini menjadi tempat rekreasi warga setempat. Ratusan warga Namlea, BUT, dan warga Airbuaya, Kecamatan Buru Utara Barat, biasa pergi ke Jikumerasa untuk rekreasi. Air laut yang bening memungkinkan pengunjung menyaksikan indahnya rumput laut di dasar pantai. Alam pantai yang langsung ke lautan lepas memberi gambaran nyata, panorama pantai Pulau Buru memang indah.

Tak berlebihan mengatakan, Jikumerasa bisa menjadi wisata pantai andalan Pulau Buru. Peluang menjangkau pantai yang menyimpan pesona alam itu tak sulit. Transportasi darat dari arah Namlea, "Ibu Kota" Kecamatan BUT ke Jikumerasa lancar. Angkutan umum tersedia sejak pagi hingga sore. Ongkosnya Rp 1.000 per orang sekali jalan. Kondisi jalan mulus dan serba lurus sepanjang 25 kilometer jelas akan memberikan kenyamanan perjalanan hingga sampai tujuan.

Sejak dari Namlea, bukit-bukit kecil di kanan-kiri jalan menambah indahnya panorama alam geografis Pulau Buru. Sementara di km 2 selepas Namlea, pemandangan khas hutan yakni alam savana yang ditumbuhi pohon kayu putih menghiasi pemandangan di kanan-kiri jalan. Pemandangan sama masih bisa dilihat hingga sampai di km 10. Sesekali aroma khas bau minyak kayu putih terasa menyentuh hingga ke ujung hidung, terbawa hembusan angin laut. Tak ketinggalan suasana teduh bisa dirasakan, ketika melintasi kawasan pengembangan tanaman kelapa milik warga setempat. Semilir hembusan angin dari Laut Seram menjadikan hawa lebih sejuk.

Permukiman nelayan tradisional ada di sisi kanan-kiri jalan. Di sepanjang kawasan permukiman itulah, para pelancong bisa menyaksikan warga menggelar aneka jenis ikan laut hasil tangkapan malam sebelumnya. Dibanding di Pasar Namlea, harga ikan di pasar "tepi jalan" itu jauh lebih murah. Selain itu, kondisi ikan juga jauh lebih segar karena baru saja diambil dari laut.

Pesona lainnya, sekelompok anak-anak desa yang suka bermain gasing di halaman rumah. Sementara, hewan piaraan penduduk seperti sapi, kambing dan kerbau dibiarkan begitu saja merumput di tepi jalan. "Hati-hati mengendarai mobil di sepanjang jalan di Pulau Buru, karena bisa jadi hewan-hewan itu secara tiba-tiba menyeberang jalan tanpa mau menoleh ke kanan atau ke kiri terlebih dahulu," kata Frans, warga setempat.

"SELAIN hamparan pasir putihnya luas, orang bisa mandi di laut tanpa harus merasa takut digulung ombak. Yang jelas, tiap kali habis dolan ke sini, pengunjung mengaku merasa puas," kata Laras (27), warga Desa Waetele, sekitar 45 km dari Jikumerasa, yang mengaku suka menghabiskan waktu luangnya dengan mandi di pantai Jikumerasa. Sementara Awad Bahasoan (40), warga setempat, berpendapat, "Tak pernah ada sajian khusus digelar penduduk setempat. Mereka hanya mandi di air laut dan bermain pasir putih di bawah rimbunnya kelapa milik warga." Mungkin, tambahnya, para pengunjung juga merasa senang menyaksikan indahnya ikan-ikan laut berenang di antara sela-sela batu karang atau rumput laut yang tumbuh.

"Di sini orang juga bisa melihat perbedaan kedalaman laut. Yang transparan dan airnya bening, itu daerah dangkal. Yang hijau berarti cukup dalam, dan yang biru itu lebih dalam lagi," jelasnya. Sebagai warga asli kelahiran Jikumerasa, Awad Bahasoan tidak tahu darimana asal-usul nama Jikumerasa. Namun, menilik apa yang kelihatan dan ada di sana, katanya, di kawasan Pantai Jikumerasa ada empat buah jiku (berarti sudut -Red).

Jiku pertama ada di antara ratusan pepohonan kelapa yang rimbun dan tumbuh secara alami. Jiku kedua, tak jauh dari situ dengan suguhan hamparan pasir putih sangat luas. Jiku ketiga ada di lokasi permukiman penduduk di mana terdapat sebuah delta yang merupakan titik temu aliran arus air tawar dari gunung dengan arus air asin dari laut. Sedangkan jiku keempat ada di ujung kampung. "Setiap jiku punya karakter berbeda. Sejauh ini belum ditemukan adanya khasiat istimewa, selain sebagai tujuan wisata," jelas Awad Bahasoan.

CAMAT But Drs Muhammad Tatuhey berpendapat, untuk menyedot pengunjung lebih banyak ke Jikumerasa, Pemda Dati II Maluku Tengah perlu bertindak. "Kami menunggu kebijakan itu agar kita mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada gilirannya akan menggenjot derap pembangunan Pulau Buru," katanya.

Diakui, kendala terbesar di Jikumerasa adalah belum tersedianya sarana pendukung dan sarana rekreasi lainnya. "Memang susah. Karena di sana tak ada pedagang, maka para pengunjung bisa repot bila haus atau kelaparan," katanya. (Mathias Hariyadi)

PASIR PUTIH - Hamparan butir-butir pasir putih sepanjang hampir empat kilometer di Pantai Jikumerasa, Pulau Buru, Maluku Tengah, menjadi pesona tersendiri bagi masyarakat Kacamatan Buru Utara Timur. Kawasan pantai di tepi Laut Seram itu yang sehari-hari sepi itu dalam sekejab bisa menjadi ramai terutama pada hari-hari libur.

Photo credit: Kompas/Mathias Hariyadi

No comments: