Monday, 8 June 2009

KWI ingatkan pilpres agar jaga NKRI

Vescovi indonesiani: Votate un presidente garante di “pluralismo e contro la Shariah”
di Mathias Hariyadi
I prelati smentiscono la notizia, circolata fra i media, per cui sarebbero favorevoli all’astensionismo e invitano a scegliere “secondo coscienza”. Essi denunciano il pericolo di un uso politico dei simboli religiosi per conquistare maggiori consensi.

Jakarta (AsiaNews) – In vista delle presidenziali dell’8 luglio, i vescovi indonesiani invitano i fedeli a “votare secondo coscienza scegliendo il miglior candidato possibile” e smentiscono false notizie, circolate nei media del Paese, secondo cui essi sarebbero favorevoli “all’astensionismo”. Al contrario, i prelati auspicano che la tornata elettorale rafforzi i valori del “pluralismo e dell’unità nazionale” e confermi la supremazia della “legge dello Stato” rispetto ai tentativi di introdurre norme basate sulla Shariah, la legge islamica.
La polemica è divampata all’inizio della scorsa settimana: i giornali indonesiani hanno diffuso la notizia secondo cui la Commissione episcopale per il laicato ha “esortato i cattolici indonesiani all’astensionismo”. Padre YR Eddy Purwanto, segretario della Commissione, chiarisce che i vescovi invitano i fedeli a “usare la loro testa e il loro cuore per eleggere il miglior candidato presidenziale”. E la scelta del non-voto va fatta “in base alla coscienza morale” di ciascun individuo.
Per la corsa alla carica di presidente sono in lizza tre candidati: l’attuale capo di Stato Susilo Bambang Yudhoyono del Democrat Party, che ha scelto come vice il governatore della Banca centrale indonesiana Boediono. Jusuf Kalla è il candidato del Golkar, il cui vice in caso di vittoria sarà l’ex generale Wiranto. Un altro generale di corpo d’armata, Prabowo Subianto, corre anch’egli per la vice-presidenza con l’Indonesian Democratic Party – Struggle, il cui leader è l’ex Capo di Stato Megawati Setiawati Soekarnoputri, già presidente dal 2001 al 2004.
La Conferenza episcopale indonesiana (Kwi) chiede di “scegliere il meglio per il bene del Paese”. Mons. Martin Situmorang, presidente dei vescovi, spiega che una delle priorità è “mantenere lo spirito di pluralismo e unità nazionale” all’insegna dei valori sanciti dai padri fondatori dell’Indonesia che invitano “all’unità nella diversità”. Secondo i vescovi questa diversità – fonte di ricchezza per il Paese – oggi è “in serio pericolo”; i prelati ricordano anche i casi di “corruzione che hanno interessato tutti e tre i candidati” in lizza per le presidenziali.
Come anticipato da AsiaNews nelle scorse settimane, vi è il concreto pericolo di un uso dei simboli religiosi per finalità politiche; esso mette a rischio l’unità nazionale e il pluralismo, due valori che rappresentano “una ricchezza nazionale”. “Ci opponiamo nella maniera più assoluta – affermano i vescovi – a qualsiasi tipo di strumentalizzazione della religione per instillare dissapori fra i fedeli delle varie confessioni”. L’introduzione, a livello locale, di leggi basate sulla Shariah porta infatti a divisioni confessionali e persecuzioni verso le minoranze.

Saturday, 6 June 2009

Surat cinta Mbak Sum ...lucu tenan

SURAT CINTA MBAK SUM
mBak Sum; bermaksud memutuskan hubungan dengan kekasihnya bernama Roberto, seorang bule dari Amerika,
Akan tetapi dia tak sanggup untuk bertemu muka dengan kekasihnya.
mBak Sum menulis surat dengan berbekal pengetahuan bahasa Inggris & kamus tebal.
Isi suratnya sbb :

Hi Rob, with this letter I want to give know you
(hai Robbie, bersama surat ini saya ingin memberitahu kamu)
I WANT TO CUT CONNECTION US
(SAYA INGIN MEMUTUSKAN HUBUNGAN KITA)
I have think this very cook cook
(saya telah memikirkan hal ini masak masak)
I know my love only clap half hand
(
saya tahu cinta saya hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly, I have see you go with a woman entertainment at town with my eyes and head myself
(
sebenarnya, saya telah melihat kamu pergi bersama seorang wanita penghibur dI kota dengan mata kepala saya sendiri)
You always ask apology back back times
(kamu selalu minta maaf berulang ulang kali)
You eyes drop tears crocodile
(matamu mencucurkan airmata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(kamu benar-benar seorang lelaki buaya darat)

My Friend speak you play fire
(teman saya bilang kamu bermain api)

Now I know you correct correct play fire
(sekarang saya tahu kamu benar benar bermain api)

So, I break connection and pull body from love triangle this
(jadi, saya putuskan hubungan dan menarik diri dari cinta segitiga ini)

I know result I pick this very correct, because you love she very big from me
(saya tahu keputusan yang saya ambil ini benar, karena kamu mencintai dia lebih besar dari saya)

But I still will not go far far from here
(namun saya tetap tidak akan pergi jauh-jauh dari sini)

I don't want you play play with my liver
(saya tidak ingin kamu main-main dengan hati saya)

I have been crying night night until no more eye water thinking about
your body

(saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi airmata
memikirkan dirimu)

I don't want to sick my liver for two times
(saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk, Robbie
(selamat jalan, Robbie)

Girl friend of your liver
(kekasih hatimu)

Note:

this river I forgive you, next river I kill you !

(kali ini aku maafkan kamu, kali lain kubunuh kau !)
Terbukti kalo bahasa inggris itu "Mudah & Menyenangkan"

Wednesday, 3 June 2009

Kekuatan tiga kata

isah seorang Office Boy (Tolong - Maaf - Terima Kasih)

Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.

Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur"... ... Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha
memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan.
Dan sampai kapan pun bapak adalah tetap Pak Direktur buat saya.

Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin........ ......

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si
office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Pembaca Yang Budiman,
Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

Mudah-mudah- an 3 (tiga) suku kata " Maaf, Tolong dan Terimakasih " bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua.